Kampus ITS, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menganugerahkan gelar doktor kehormatan atau honoris causa kepada Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Susi Pudjiastuti dalam bidang Manajemen dan Konservasi Sumber Daya Kelautan. Penganugerahan gelar diberikan langsung oleh Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana, M Sc PhD pada puncak peringatan Dies Natalis ke-57 ITS di Graha Sepuluh Nopember ITS, Jumat (10/11).
Pemberian gelar kehormatan ini diinisiasi oleh Departemen Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan ITS. Tim promotor yang mengusulkan gelar ini adalah Prof Dr Ketut Buda Artana ST MSc sebagai ketua tim promotor, Prof Semin ST MT PhD dan Raja Oloan Saut Gurning ST MSc PhD sebagai co-promotor.
Gelar ini diberikan kepada Susi atas rekam jejaknya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan di era Presiden Joko Widodo. Susi dianggap berhasil dalam mengemban tugas sebagai menteri. Ia memiliki visi dan misi yang jelas dalam mengentaskan permasalahan kelautan Indonesia. Selain itu, ia juga berhasil menjamin pengelolaan laut Indonesia yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Kiprahnya dalam mengoptimalkan potensi pulau kecil yang menunjukkan tren positif dan memberikan kontribusi pada pendapatan negara, juga dilirik oleh ITS.
Prestasi Susi lainnya yang menjadi pertimbangan oleh ITS adalah karya tulisnya yang berjudul Manajemen dan Konservasi Sumber Daya Kelautan. Melalui karya tersebut, ia berhasil mengurai kompleksitas pengelolaan kelautan dan konservasi kelautan ke dalam tulisan yang komprehensif.
Dalam acara yang bertepatan dengan hari pahlawan itu, Susi membacakan pidato ilmiah tentang upaya mempertahankan produktivitas sumber daya kelautan dan perikanan yang berkalanjutan. Ia mengawali pidatonya dengan mengajak hadirin menyadari betapa kayanya sumber daya laut Indonesia. “Laut Indonesia merupakan laut terluas nomor dua di dunia dan memiliki potensi besar dalam peningkatan ekonomi,” ungkap Susi mengawali pidatonya.
Meskipun memiliki laut yang berpotensi, lanjutnya, capaian Indonesia dalam perikanan dan kelautan belum bisa diangap baik. Indonesia hanya mampu bertengger di peringkat tiga ASEAN. Bahkan kesejahteraan nelayan pun masih belum tercapai. “Neraca perdagangan perikanan di Indonesia masih terbelakang dibandingkan negara lainnya, hal ini merupakan masalah krusial bagi laut Indonesia,” papar Susi.
Oleh karena itu, menurut Susi, tantangan terbesar dalam menjaga kekayaan laut Indonesia ialah menjaga perikanan kapal asing dan kegiatan Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing. Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memfokuskan pada tiga pilar pembangunan, yaitu kedaulatan, keberlanjutan dan kesejahteraan. Salah satu pilar yang digarisbawahi oleh Susi dalam pidato ilmiahnya ialah menjaga keberlanjutan atau sustainability.
“Apabila kita mematuhi semua pilar ini, pasti jumlah produksi perikanan Indonesia akan meningkat,” tegas Susi optimistis yang disambut tepukan para undangan yang memenuhi ruangan.
Untuk menjaga kerberlajutan, maka Susi membuat kebijakan penghentian sementara (moratorium) perizinan kapal ikan tangkap eks asing. Akibat dari moratorium ini, Susi mengaku berhasil meningkatkan jumlah stok perikanan di Indonesia. Tahun lalu stok Indonesia baru naik sembilan juta ton, dan tahun 2016 akhir stok ikan di Indonesia yang dapat dipanen sebesar 12,45 juta ton.
”Ini merupakan bukti nyata, dengan terusirnya lebih dari 10.000 kapal asing menjadikan Indonesia sebagai satu-satunya negara yang memiliki stok ikan yang meningkat,” tutur Susi bangga.
Susi optimistis komitmen menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia semakin terbukti. Ia mengingatkan, meskipun globalisasi sedang terjadi, kekayaan laut Indonesia tidak boleh dieksploitasi.
Ketimpangan dan ketidakseimbangan generasi yang masih lebar menjadikan kita wajib untuk segera melakukan perubahan dalam pembangunan. “Kita harus bersinergi dalam pembangunan dan pemerataan keadilan. Sudah saatnya semua program kita memastikan keberpihakan pada yang lemah untuk menjaga pertumbuhan Indonesia,” terang menteri yang lahir pada 1965 ini.
Di akhir pidatonya, Susi mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada ITS yang telah memberikan gelar kehormatan kepadanya. Ia pun terharu dan meneteskan air mata saat menyebutkan salah satu putranya yang telah meninggal dunia. Meskipun tidak lulus SMA, Susi berhasil membuktikan bahwa Indonesia tidak hanya butuh orang-orang berpendidikan, melainkan mereka yang bekerja nyata untuk bangsanya. (jel/mis)
Kampus ITS, ITS News — Tak hanya berkomitmen untuk senantiasa menghadirkan inovasi mutakhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) juga
Kampus ITS, ITS News — Tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan aplikasi Kinderfin, untuk meningkatkan
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan atas inovasi anak bangsa, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memperkuat nilai-nilai toleransi dan harmoni di tengah keberagaman