Saat ini, telah diakui sistem tata surya yang mendaftarkan delapan planet mengelilingi matahari. Lalu dengan ditemukannya miliaran bintang baru dalam galaksi Bima Sakti, maka dimungkinkan ada banyak sekali tata surya lain. Dalam komponen tata surya itu lah, para ilmuwan mencari kehidupan makhluk lain yang memiliki kecerdasan.Hal tersebut diungkapkan Prof Dr Bambang Hidayat, astronom generasi awal Indonesia. Ia mengatakannya pada acara kuliah umum bertajuk Exoplanet yang diselenggarakan Departemen Teknik Fisika ITS pada Minggu (26/2). Exoplanet sendiri seperti dijelaskan Bambang, adalah planet-planet yang mengorbit bintang selain matahari.”Kebanyakan exoplanet yang telah ditemukan, tidak bisa mengembangkan kehidupan. Tetapi di tempat lain barangkali ada,” kata pemimpin Observatorium Bosscha pada tahun 1968 ini. Menurutnya, ada exoplanet yang dapat mengembangkan kehidupan, namun manusia masih belum mengetahuinya.Bumi bisa mengembangkan kehidupan, menurut pria yang pensiun dari guru besar Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, karena bumi berada pada zona yang bisa dihuni (habitable zone). Ia berhipotesis, setiap bintang beserta planet yang mengitarinya kemungkinan memiliki habitable zone masing-masing.Istilah kehidupan, kata Mantan Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) ini, tidak bisa disamaratakan seperti halnya apa yang dirasakan saat ini oleh manusia di bumi. ”Bisa jadi ada jenis kehidupan lain, bahkan budaya lain di luar sana. Ilmuwan menyebutnya extra terrestrial intelligence (ETI)” jelasnya.”Untuk menghubungi mereka, kita butuh bahasa universal, bahasa alam semesta. Seperti simbol mengenai susunan atom, mestinya mereka mengetahui hal itu,” jelas pria kelahiran tahun 1934 ini. Menurutnya, penelitian terkini telah mampu mengidentifikasi 6000 exoplanet, namun hanya ada 21 planet yang berkemungkinan mengembangkan kehidupan di luar tata surya kita.Kemudian, Bambang menunjukkan daerah-daerah yang memungkinkan memiliki habitable zone. Hal tersebut diukur dari massa bintang dan jarak planet terhadap bintang. “Sayangnya sampai sekarang belum diketahui habitable zone untuk massa yang jauh lebih besar dari matahari,” terangnya.Fellow di American Association for the Advancement of Science (AAAS) ini berpendapat, kehidupan di exoplanet tersebut tidak dapat dicirikan seperti kehidupan manusia yang membutuhkan oksigen, nitrogen, dan hidrogen. ”Karena komponen penyusun habitat mereka bisa jadi berbeda dari kita,” urainya.Saat ini, teleskop baru bisa menjangkau permukaan exoplanet tersebut dari jarak yang sangat jauh. ”Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi pengamatan yang jauh lebih hebat untuk bisa mengidentifikasi kehidupan di luar sistem tata surya kita,” pesannya kepada seluruh hadirin. (yan/mis).google {left:100%;display:inline-block;position:fixed}
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kembali bersiap bertarung di ajang internasional untuk mengharumkan nama bangsa Indonesia. Melalui dua
Demi terwujudnya cita-cita sebagai World Class University (WCU), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya getol menggelar berbagai kegiatan internasionalisasi,