Irnanda Laksanawan lahir pada 7 Januari 1962 di Surabaya. Dia menyelesaikan pendidikan S1 di jurusan Teknik Mesin di Fakutas Teknologi Industri (FTI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dan lulus pada tahun 1986. Selepas lulus dari ITS, dia melanjutkan studi di University of Birmingham di Inggris pada tahun 1989-1990 di Integrated Management System & Business Administration. Pada tabun 2007, dia memperoleh Ph.D. di Business Management dari University of South Australia.
Pada 24 September 2010 hingga 2014, Irnanda menjabat sebagai Deputi Menteri Negara BUMN Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur. Dia mengelola BUMN di Indonesia dengan aset total lebih dari Rp 500 triliun, termasuk pertahanan, energi, semen, dok, dan perkapalan. Irnanda juga pernah menjabat sebagai Komisaris Utama PT Pupuk Sriwijaya Palembang, Komisaris Utama PT Asuransi Jasindo (Perseero), Komisaris Utama PT IGLAS, Komisaris Utama PT Pertamina, dan joint venture antara Pelindo III dan P&O Australia. Sebagai contoh, Irnanda pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) dan Komisaris Pertamina termuda. Saat ditunjuk sebagai Direktur PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero), Irnanda berusia 38 tahun.
Irnanda menjabat sebagai Komisaris PT Pertamina dari Desember 2006 hingga 2007 untuk memperbaiki Pertamina agar lebih kompetitif dan memiliki daya saing di tingkat global. Antara tahun 2008 dan 2012, Irnada menjabat sebagai Ketua Komite Good Corporate Governance (GCG) Dewan Komisaris Pertamina dan Coordinator Penyusunan Corporate Planning and Business Policy. Tugas utamanya adalah membuat standar untuk restrukturisasi korporasi Pertamina dengan semua anak perusahaannya.
Irnanda tidak hanya pembelajar yang cepat, tetapi dia juga sangat peduli dengan ekonomi umat. Dia membuktikan ini dengan mendirikan Koperasi Mabadiku dari nol dan sekarang cukup besar dan berkembang dengan sangat baik. Prinsip ini terus dipegang dan diterapkan Irnanda bahkan sejak dia menjadi mahasiswa. Mungkin karena itu, saat ia masih mahasiswa, ia terpilih dan dipercaya menjadi Ketua Senat Mahasiswa ITS dari tahun 1984 hingga 1988. Irnanda adalah mahasiswa pertama dari Jurusan Mesin yang menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa ITS. Pengalamannya sebagai mahasiswa memotivasinya untuk menjadi pemimpin.
Ia mengimbau teman-temannya untuk tidak berpuas diri jika mereka telah mendapatkan pekerjaan dan sukses di Surabaya atau Jawa Timur. Ia mendorong rekan-rekannya sesama alumni ITS untuk maju lebih jauh, menyebar ke seluruh Indonesia, bekerja sama dengan para profesional dari perguruan tinggi lain, untuk membangun dan memajukan teknologi agar negara ini memiliki produk unggulan yang disegani di ASEAN, Asia, dan bahkan di dunia. Irnanda berpendapat bahwa teknologilah yang akan memacu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di masa depan.
Mahasiswa teknik seringkali beranggapan bahwa pekerjaannya ke depan setelah kelulusan adalah menjadi engineer semata. Padahal, menurut salah satu alumnus
M Rifqi Isnanda lahir pada tanggal 23 September 1968, beliau menempuh pendidikan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Teknik
Muhammad Arif Wibowo lahir pada 19 September 1966 di Banyumas. Pada tahun 1989, dia memperoleh gelar Sarjana Teknik Mesin