Keterlambatan kemampuan motorik halus merupakan salah satu gejala yang dapat diamati dalam proses tumbuh kembang anak autis. Gangguan autisme sudah dapat diketahui sejak anak masih berusia satu hingga dua tahun dan penanganan sedini mungkin merupakan tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perkembangan anak autis. Penanganan autisme bisa melalui kegiatan terapi dan juga melalui sekolah luar biasa serta sekolah inklusi. Ditandai dengan ketidaksinkronan pendaatan jumlah penderita autisme, menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia masih kurang memperhatikan sistem pendidikan untuk anak-anak dengan gangguan autisme. Untuk mengimbangi kebutuhan sarana pendidikan anak autis, beberapa dokter dan tenaga ahli atau terapis menyediakan yayasan pusat terapi dengan sistem belajar tertentu. Terapi ABA merupakan jenis terapi yang banyak ditemui pada sistem pembelajaran yayasan pusat terapi di Indonesia. Dalam kegiatan terapi ABA mainan edukasi dibutuhkan sebagai alat bantu terapis saat melakukan aktivitas bersama anak autis.