Mochamad Alvan Mifta Chusururi dan Brahmanu Wisnu berpose usai mempresentasikan karyanya tentang tembakau di Tokyo, Jepang.
Kampus ITS, ITS News – Mahasiswa Departemen Teknik Material Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil membuktikan bahwa para calon sarjana bisa bersaing dengan para doktor. Hal tersebut dibuktikan dengan menjadi salah satu Best Nominee dalam acara 4th International Conference on Global Issues in Multidisciplinary Academic Research (GIMAR) 2018, yang digelar di Jepang Februari lalu.
Dalam konferensi tingkat dunia tersebut, Mochamad Alvan Mifta Chusururi dan Brahmanu Wisnu membawa penelitian berjudul judul Study of Perfomance Evaluation Inhibitor Corrosion Based on Green Corrosion Inhibitor to Extract Leaf Tobacco and Commercial Imidazoline Inhibitor in Sweet Environment at Carbon Steel AISI 1045 NaCl 3,5% Solution.Penelitian ini mencoba membandingkan antara inhibitor korosi imidazoline dengan inhibitor dari tembakau. “Ternyata setelah dikomparasi, hasilnya menunjukan inhibitor tembakau lebih baik daripada inhibitor imidazoline. Sehingga perlu pengaplikasiannya di dunia industri,” ucap Alvan.Inhibitor imidazoline yang telah digunakan di lapangan, khususnya industri minyak dan gas, masih memiliki beberapa kekurangan. Di antaranya, harga mahal dan tingkat urai terhadap lingkungan cukup lama.Alasan Alvan dan Wisnu memilih tembakau ialah untuk memperkenalkan bahwa bahan utama rokok ini juga memiliki manfaat mencegah korosi. “Tidak selamanya merusak kesehatan, tetapi bermanfaat di dunia industri,” terang Alvan kepada ITS Online.Berkat pemikiran kritis terkait tembakau ini, dua mahasiswa yang tengah menggarap tugas akhir ini bisa menyejajarkan Indonesia dengan negara lain seperti Taiwan, Oman, Nigeria dan Kanada dalam daftar best nomine GIMAR 2018.Alvan bercerita, perjuangan untuk mengikuti konferensi tersebut bukan hal mudah. Tim mereka banyak mengalami kendala khususnya pendanaan. Untungnya Bank Mandiri mitra ITS memberikan bantuan dana hingga tim ini berhasil berangkat ke Negari Sakura tersebut.Meski bukan kali pertama mengikuti konferensi internasional, Alvan dan Wisnu banyak mendapat pengalaman berharga. Terlebih dari negara Jepang, mereka dibuat takjub oleh kemajuan teknologi dan nilai-nilai kehidupan masyarakat Jepang. Hal tersebut mengakibatkan cultural shock setibanya kembali di Indonesia. “Melihat Jepang yang maju, membuat saya ingin mengajak teman-teman kampus teknologi ini untuk berani berinovasi dan mencoba hal baru,” ujar Alvan. (yok/jel)
Tim ITS berfoto bersama seluruh peserta konferensi di Tokyo.
.google {left:100%;display:inline-block;position:fixed} займ с плохой историей
Dalam era digital yang berkembang pesat, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berinovasi untuk memberikan solusi terhadap masalah
Departemen Teknik Informatika, yang merupakan jurusan di Fakultas Elektro dan Informatika Cerdas (FT-EIC) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),
Tim “Frequency Freaks” dari Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FT-EIC) ITS, berhasil meraih medali perunggu