Bagas Juwono Priambodo menunjukkan prototipe dari aplikasi Curhatin di smartphone.
Surabaya, 11 Juni 2020
Berlangsungnya pandemi Covid-19 hingga saat ini mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan mental yang dialami oleh masyarakat. Oleh karena itu, tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berinovasi dengan menciptakan Curhatin, aplikasi layanan konsultasi psikologi secara daring.
Ketiga mahasiswa tersebut adalah Bagas Juwono Priambodo, Ihdiannaja, dan Yuki Yanuar Ratna. Mereka merupakan mahasiswa Departemen Teknik Informatika angkatan 2017. Dengan membentuk sebuah tim, mereka menciptakan aplikasi layanan konsultasi psikologi secara online.Bagas Juwono Priambodo, ketua tim tersebut mengatakan bahwa masyarakat Indonesia dinilai memiliki rasa kepeduliaan yang rendah terhadap kondisi kesehatan mental mereka. Banyak dari masyarakat yang menganggap bahwa konsultasi kesehatan mental bukanlah hal yang penting. “Bahkan ada pula dari mereka yang merasa malu untuk memeriksakan kesehatan mentalnya,” ungkapnya.Mahasiswa yang kerap disapa Bano ini melanjutkan, di tengah situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, menyebabkan peningkatan masalah psikologi yang dialami masyarakat Indonesia. Kekhawatiran berlebih menjadi salah satu alasan timbulnya permasalahan kesehatan mental saat ini. “Namun nyatanya hal ini masih belum membuat masyarakat sadar dengan pentingnya kesehatan mental,” imbuhnya.
Poster yang menunjukkan anggota tim bersama prototipe aplikasi Curhatin.
Bano mengungkapkan, timnya berusaha membantu masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan mental terutama di kondisi pandemi seperti saat ini. Mereka menemukan ide untuk menciptakan Curhatin yang merupakan aplikasi layanan konsultasi psikologi online. “Mungkin dengan adanya aplikasi ini akan membuat masyarakat tidak malas dan tidak malu lagi untuk berkonsultasi,” katanya.Mahasiswa asal Jakarta ini menjelaskan, Curhatin adalah aplikasi berbasis android mobile. Aplikasi ini dilengkapi dengan berbagai layanan psikologi yang dapat membantu masyarakat. Di antaranya adalah tips antistres, konsultasi dengan pakar psikologi, metode stress healing, stress monitoring, dan pencatatan jurnal pribadi.Bano menyebutkan, aplikasi Curhatin ini menyediakan layanan konsultasi dengan pakar psikologi yang dilakukan dengan cara berkirim pesan, telepon, dan telepon video (video calling). Oleh karena itu, pengguna dapat bebas memilih fitur sesuai dengan kebutuhan masing-masing. “Kami juga berencana untuk berkoordinasi dengan Persatuan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI),” ujarnya.Mahasiswa semester enam ini juga menjelaskan tentang konsep dari beberapa fitur di aplikasi Curhatin. Rencananya, fitur layanan tips antistres, stress monitoring, dan beberapa tips lainnya akan disajikan dalam bentuk video dan artikel. “Fitur ini juga dapat mengedukasi masyarakat tentang kesehatan mental,” paparnya.
Bano juga menargetkan bahwa sekitar bulan Juli atau Agustus mendatang aplikasi Curhatin ini sudah dapat direalisasikan. Dalam waktu dekat, mereka juga akan menentukan tentang ada tidaknya biaya dan metode layanan konsultasi dengan pakar psikolog. “Karena sampai saat ini kami belum memutuskan masalah biaya dan metode ini,” tuturnya.Tim ini dibimbing oleh empat dosen sekaligus, yakni Ridho Rahman Hariadi SKom MSc (pembimbing utama), Siska Arifiani SKom MKom, Adhatus Solichah Ahmadiyah SKom MSc, dan Hadziq Fabroyir SKom PhD.Berkat kepeduliannya terhadap kesehatan mental masyarakat Indonesia melalui ide aplikasi Curhatin, Bano dan timnya sukses dalam kompetisi Covid-19 INA IDEAthon yang diadakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN). Mereka berhasil dinobatkan juga sebagai 17 Ide Terbaik mengalahkan 5.590 ide dari seluruh Indonesia yang telah diumumkan secara daring, Jumat (8/5) lalu.Adapun Hadziq Fabroyir, S.Kom., Ph.D., salah satu dosen pembimbing dari Tim Bano berharap, agar mahasiswa tidak hanya merasa puas dengan pencapaian yang ada di kelas saja, tetapi juga melakukan aktualisasi diri dengan mengikuti lomba dan riset. “Sehingga nantinya akan membentuk mental dari pengalaman tersebut untuk bekal dalam berkarir kedepannya,” pungkas Hadziq, sapaan akrabnya. (sen).
Dalam era digital yang berkembang pesat, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berinovasi untuk memberikan solusi terhadap masalah
Departemen Teknik Informatika, yang merupakan jurusan di Fakultas Elektro dan Informatika Cerdas (FT-EIC) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),
Tim “Frequency Freaks” dari Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FT-EIC) ITS, berhasil meraih medali perunggu