Ketua Tim SEPIA, Danu Wahyu Ramadhan, menunjukkan gambaran karya inovasi timnya
Kampus ITS, ITS News – Prestasi membanggakan ditorehkan oleh sivitas akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada ajang bergengsi nasional Creadenation 2020 di Universitas Diponegoro, Semarang yang disiarkan secara daring, Rabu (1/7) lalu. Tim mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi ITS ini berhasil meraih juara satu pada cabang lomba Gagasan Kreatif Teknologi Terapan dengan tema Karya Teknologi Pendukung Perlawanan Covid-19.
Inovasi yang digagas berupa SEPIA: Sistem Pengendalian Infeksi Airborne Disease Covid-19 pada Healthcare Suite Berbasis Internet of Things. Mereka adalah Danu Wahyu Ramadhan, Tony Yurisetyo dan Dicka Desta Pratama. SEPIA memiliki fungsi mengontrol dan memonitoring sistem tata udara, suhu, kelembaban, dan sterilisasi anteroom menggunakan sinar ultraviolet (UV), dengan menggunakan sistem berbasis Internet of Things (IoT). “Pengendalian kondisi udara di dalam ruang isolasi pasien Covid-19 dapat dilakukan melalui jarak jauh” ujar Danu Wahyu Ramadhan, ketua tim tersebut.
Tampilan aplikasi SEPIA pada ponsel pintar untuk memonitor kondisi pada ruang isolasi dalam jarak jauh
Danu menjelaskan bahwa SEPIA ini merupakan seperangkat alat yang terdiri dari sensor, air conditioner (AC), filter, serta aplikasi monitor. Sistem yang memungkinkan dilakukan kontrol melalui komputer maupun ponsel pintar ini merupakan solusi dari pengkondisian ruangan yang biasanya dilakukan petugas secara manual. “Hal ini dapat memangkas biaya sewa ruang isolasi yang mahal,” terangnya.
Mahasiswa angkatan 2017 ini memaparkan bahwa sistem kontrol dari SEPIA tersebut didapat dari berbagai sensor yakni sensor tekanan, sensor peer, sensor suhu dan kelembaban, serta sensor kecepatan. Melalui sensor tersebut, data yang diperoleh dari sensor tersebut diolah dengan keluaran berupa pengkondisian pada aktuator yang berupa blower, AC, sinar UV, dan HEPA Filter.
Rancang desain ruang isolasi berbahan flysheet tenda
Kegunaan masing-masing aktuator tersebut yakni blower atau fan exhaust sendiri untuk sirkulasi udara, AC untuk mengontrol suhu dan kelembaban, sinar UV untuk mensterilkan ruang anteroom atau ruang transit sebelum memasuki ruang isolasi, dan HEPA filter untuk menyaring udara pada ruang isolasi. “HEPA Filter tersebut dipilih karena tingkat efisiensi pembersihan udara dapat mencapai 99,9 persen,” jelas mahasiswa asal Gresik ini.
Sementara itu, kondisi standar bagi ruang isolasi adalah kecepatan pergantian udara sebesar lebih dari sama dengan 12 ACH (air circulation per hour), suhu di dalam ruang isolasi pada rentang 22 hingga 24 derajat celcius, perbedaan tekanan udara dalam dan luar ruang isolasi sebesar 2,5 Pa, serta kelembaban ideal pada rentang 50-60 persen. “Standar tersebut telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, dan SEPIA membantu menciptakan kondisi ideal tersebut dengan lebih mudah,” klaimnya.
Anggota Tim SEPIA, Dicka Desta Pratama
Danu menjelaskan bahwa SEPIA ini didesain untuk dapat bersifat portable dan modular, sehingga mudah diaplikasikan di segala ruang. Berdasar keterbatasan kapasitas rumah sakit yang menyebabkan pemerintah terpaksa memanfaatkan berbagai gedung sebagai ruang perawatan dadakan bagi pasien Covid-19. “Ruang isolasi dadakan itu tentu tidak memenuhi standar penanganan penyakit menular berbahaya, karena ruang tersebut sejak awal tidak diperuntukkan untuk layanan kesehatan,” tuturnya.
Menjawab masalah kekurangan ruang isolasi, tim tersebut juga merancang desain healthcare suite yang terintegrasi dengan SEPIA. Rancangan desain tersebut memiliki tiga macam tipe yakni sistem pada bangunan semi permanen, kontainer, dan ruang berbahan flysheet tenda. “Inovasi Healthcare suite ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dari pemerintah mengenai ruang isolasi,” papar mahasiswa kelahiran tahun 1999 ini.
Anggota Tim SEPIA, Tony Yurisetyo
Melalui berbagai inovasi tersebut, tim yang dibimbing oleh Sefi Novendra Patrialova SSi MT ini berharap agar SEPIA beserta rancangan healthcare suite ini nantinya dapat membantu petugas medis dan pemerintah untuk melakukan penangan pasien Covid-19 dengan baik, serta menjadi solusi untuk ruang isolasi yang terbatas di rumah sakit2 yang menangani Covid. “Kami sangat terbuka apabila ada pihak dari pemerintah atau instansi lain tertarik bekerja sama untuk inovasi kami ini,” pungkasnya. (ai/HUMAS ITS)
Dalam era digital yang berkembang pesat, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berinovasi untuk memberikan solusi terhadap masalah
Departemen Teknik Informatika, yang merupakan jurusan di Fakultas Elektro dan Informatika Cerdas (FT-EIC) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),
Tim “Frequency Freaks” dari Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FT-EIC) ITS, berhasil meraih medali perunggu