Kampus ITS, ITS News – Pengembangan desa dapat ditempuh melalui berbagai cara, salah satunya melalui dukungan terhadap produk olahannya. Hal inilah yang diwujudkan gabungan tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Departemen Teknik Mesin Industri Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui bantuannya dalam merancang alat pengering mi porang di Desa Rejosari, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.
Alat pengering mi ini dirancang oleh gabungan tim yang terdiri dari lima belas mahasiswa dan seorang dosen pendamping, Ir Nur Husodo MS. Lima belas mahasiswa tersebut adalah Anastyar Titanullah, Fikri Azrur Arif Maulana, Grandis Tasya Maylina, Alvin Virgiawan, Mutiara Indah Santosa, dan Eryska Syeuna. Ada pula Muhammad Arkan Sahdhani, Hasan Rabbany, Faiz Ridho Syafruddin, Tharatya Kartika Sadhana, Mohammad Maulana Damaringrat, Muhammad Thou’an Liawamirillah, Alwi Wardaya, M. Aqsa Tsabit, dan Nastiti Auranisa Pranaswarie yang turut menggenapi tim.
Desa Rejosari sendiri merupakan desa penghasil tanaman porang terbesar di Kabupaten Malang. Hal ini disampaikan oleh Anastyar Titanullah, salah satu anggota tim ini. Bagian yang dimanfaatkan dari tanaman porang adalah umbinya. Nantinya, umbi porang ini dapat diolah menjadi berbagai olahan, seperti ice cream porang, mi porang, bakso porang, stick porang, dan dodol porang. “Bahkan ibu-ibu rumah tangga di Desa Rejosari sendiri sudah memiliki merek untuk produk-produk olahan ini, yaitu Akhoya,” jelasnya.
Diantara produk-produk tersebut, salah satu jenis produk unggulan desa ini adalah mi porang. Oleh ibu-ibu rumah tangga desa ini, produk mi ini masih dipasarkan dalam bentuk basah. Oleh karenanya, produk mi ini bersifat tidak tahan lama, sehingga hanya dapat menjangkau daerah-daerah yang dekat saja. “Ada masukan dari Kelompok Pengelola Hutan Rakyat (KPHR) Alam Makmur untuk menjadikan produk mi kering supaya tahan lebih lama dan menjangkau daerah pemasaran yang lebih jauh lagi,” sambungnya.
Meski demikian, produk mi kering membutuhkan teknik pengeringan khusus. Pengeringan dengan sinar matahari saja dinilai kurang efektif dan menimbulkan kendala. Selain faktor cuaca yang cukup berpengaruh, durasi pengeringan yang lama juga tidak efisien. Hal inilah yang memunculkan kebutuhan baru produksi mi porang Desa Rejosari, yaitu rancangan proses pengeringan yang efektif. “Setelah kami komunikasikan dengan mitra (industri makanan olahan Desa Rejosari, red), kami merancang alat pengering dengan model kabinet yang menggunakan metode konveksi paksa, dan dilengkapi dengan termometer,” jelas pria yang akrab disapa Anas ini.
Anas menyambung, alat pengering ini menggunakan Liquefied Petroleum Gas (LPG) sebagai bahan bakarnya. Adapun model kabinet yang dirancang difungsikan selayaknya kotak oven yang berisi loyang-loyang sebagai media pengeringan mi. “Namun yang menjadi state of the art dari inovasi ini adalah pemanfaatan metode konveksi paksa yang hanya membutuhkan waktu satu jam untuk pengeringannya,” ungkap Anas.
Metode konveksi paksa sendiri diaplikasikan dengan menghembuskan uap panas dari air blower yang dipanaskan terlebih dahulu. Dengan cara ini, panas dapat disalurkan secara langsung, sehingga mengurangi terjadinya penumpukan uap jenuh. “Teknik pengeringan seperti ini bisa berlangsung lebih cepat dan efektif dibandingkan oven konvensional,” jelasnya.
Setelah diaplikasikan dan dilakukan monitoring, alat pengering mi porang ini menunjukkan perubahan yang cukup signifikan. Hal ini diindikasikan melalui meningkatnya produktivitas mitra, sehingga jangkauan dan jumlah pemasaran produk olahan turut meningkat. “Walaupun begitu, penyempurnaan teknis masih diperlukan, sehingga kami akan terus memantau performa alat tersebut,” ungkapnya.
Di akhir wawancaranya dengan tim ITS Online, Anas berharap adanya alat tersebut dapat mempermudah proses produksi mi porang, sehingga Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Desa Rejosari turut berkembang pesat. “Sangat diharapkan juga alat ini dapat dikembangkan lagi dengan menerapkan Revolusi Industri 4.0. Tujuannya untuk menunjang produksi mi yang lebih revolusioner,” pungkasnya penuh harap. (*)
Reporter : Shinta Ulwiya
Redaktur : Akhmad Rizqi Shafrizal
Dalam era digital yang berkembang pesat, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berinovasi untuk memberikan solusi terhadap masalah
Departemen Teknik Informatika, yang merupakan jurusan di Fakultas Elektro dan Informatika Cerdas (FT-EIC) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),
Tim “Frequency Freaks” dari Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FT-EIC) ITS, berhasil meraih medali perunggu