Ketua Tim Pengembang Aplikasi Tracking Covid-19, Agus Budi Raharjo S Kom M Kom PhD sedang melakukan sosialisasi dan demonstrasi Aplikasi Tracking Covid-19 kepada seluruh Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) se-Jawa Timur
Surabaya, 9 Juni 2020
Pertambahan jumlah kasus Covid-19 di Jawa Timur cukup besar. Hingga saat ini, Jawa Timur menjadi daerah dengan jumlah pasien Covid-19 terbanyak kedua di Indonesia setelah DKI Jakarta. Bekerja sama dengan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Timur, Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FTEIC) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembangkan sistem pelacak untuk pantau persebaran kasus Covid-19 di Jawa Timur.
Menghadapi suasana pandemik, terbatasnya tenaga dari Diskominfo Jawa Timur menyebabkan kurang fokusnya pengembangan sistem pelacak pasien Covid-19, padahal pengolahan dan pelacakan data kasus Covid-19 merupakan suatu hal yang penting. Oleh karena itu, ITS melalui dekan FTEIC menawarkan bantuan sebagai tenaga relawan dalam membantu pengembangan sistem pelacakan pasien Covid-19. Dalam video konferensi Sosialisasi dan Workshop Aplikasi Tracing Covid-19 bagi Diskominfo se-Jawa Timur yang dihadiri oleh seluruh Depkominfo se-Jawa Timur Selasa (9/6) tadi, ketua tim pengembang aplikasi Agus Budi Raharjo S Kom M Kom PhD menjelaskan bahwa pembangunan sistem berfungsi sebagai salah satu upaya pencegahan persebaran kasus Covid-19.
Suasana dalam video konferensi konferensi Sosialisasi dan Workshop Aplikasi Tracing Covid-19 oleh Fakultas Elektro dan Informasi Cerdas (FTEIC)
Pasalnya, aplikasi berbasis web ini dapat melakukan penelusuran riwayat perjalanan dan kontak antara pasien dengan orang lain. Selain itu, data yang tersimpan pada sistem dapat menjadi bahan analisis tim epidemiologi Dinas Kesehatan Jawa Timur. “aplikasi ini dapat mendukung pengambilan kebijakan yang lebih efisien bagi pemerintah,” papar dosen Departemen Informatika FTEIC tersebut. Pria yang akrab dipanggil Agus BR ini menjelaskan, pengembangan fitur untuk sistem pelacakan Covid-19 ini dikembangkan dalam dua tahap. Tahap pertama yang berlangsung dari bulan Maret hingga April memiliki fitur utama berupa input data pasien, kontak erat/orang tanpa gejala dan riwayat perjalanan. Untuk tahap pertama pengembangan aplikasi, tim pengembang terdiri dari keluarga FTEIC yakni Dr I Ketut Eddy Purnama ST MT, Agus Budi Raharjo S Kom M Kom PhD, Faizal Johan S Kom MT, Wiwik Anggraeni S Si M Kom, Amir Mutashim (Mahasiswa Sistem Informasi 2017), Ahmad Laroy (Mahasiswa Sistem Informasi 2017) dan Argo Winoto dari Dinas Kesehatan Jawa Timur. Dalam tahap pertama yang diselesaikan dalam kurun waktu satu bulan itu, tim melakukan proses pengembangan melalui metode agile development dan berfokus pada pembuatan modul input dan penyimpanan data. “Proses penggalian kebutuhan dan user acceptance test dilakukan melalui komunikasi intensif dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur,” jelas Agus. Sedangkan dalam tahap kedua yang berlangsung mulai bulan Juni hingga Desember, sistem akan memiliki fitur visualisasi klister kasus dari berbagai sudut pandang dan analisis epidemiologi. Aktivitas utama pengembang akan fokus kepada optimalisasi data input, tampilan dan visualisasi data yang terkumpul. Dosen Departemen Informatika itu melanjutkan, tim-nya akan memperluas zona kebermanfaatan sehingga sistem bisa dimanfaatkan oleh berbagai pemangku kepentingan se-Jawa Timur. Terkait tantangan dalam tahap kedua ini, Agus mengungkapkan bahwa entri dan karakter data yang tidak lengkap dapat menjadi halangan. Untuk pengembangan tahap lanjut ini, susunan pengembang mengalami beberapa perubahan namun masih dalam lingkup FTEIC. Susunan pengembang itu terdiri dari Dr Diana Purwitasari S Kom M Sc, Dr Umi Laili Yuhana S Kom M Sc, Dr Berlian Al Kindshi S ST MT, Vincentius Raki (Mahasiswa program doktor Departemen Teknik Elektro), Amir Mutashim (Mahasiswa Sistem Informasi 2017) serta Argo Winoto dan Fitria Rizky dari Dinas Kesehatan Jawa Timur. Telah disosialisasikan penggunaannya bagi seluruh Depkominfo se-Jawa Timur, dalam proyek yang juga mendapat pendanaan dari Institute of Electrical and Electronics Engineers Special Interest Group on Humanitarian Technology (IEEE SIGHT) ini, Agus memiliki harapan agar sistem dapat bermanfaat sesuai target pengembangannya. “Bisa juga dimanfaatkan untuk preventif endemi/pandemi di masa mendatang,” tutup lulusan program doktor di Aix-Marseille University Prancis tersebut. (rys) .
Dalam era digital yang berkembang pesat, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berinovasi untuk memberikan solusi terhadap masalah
Departemen Teknik Informatika, yang merupakan jurusan di Fakultas Elektro dan Informatika Cerdas (FT-EIC) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),
Tim “Frequency Freaks” dari Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FT-EIC) ITS, berhasil meraih medali perunggu