Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, melakukan penandatanganan 36 dokumen Kesepakatan Pokok (Head of Agreement) dengan unit-unit PT PLN (Persero) Regional Sumatera dan PT Pembangkit Jawa-Bali (PJB), Senin (22/1). Head of Agreement (HoA) ini dilakukan untuk menindaklanjuti MoU tentang pengembangan pendidikan, penelitian, dan penerapan teknologi antara Direktur Human Capital Management PLN, Muhamad Ali dengan Rektor ITS, Prof Joni Hermana, Rabu (29/11) lalu.
HoA ini merupakan perjanjian yang lebih mengikat daripada MoU, yakni berisi gambaran umum lingkup pekerjaan kerjasama antara PLN dan PJB dengan ITS. Kerjasama ini didorong oleh kebutuhan untuk menyelesaikan studi kasus terkait kelistrikan yang hingga saat ini belum menemukan jalan keluar.“Kami dari PLN perlu bantuan ITS dalam menemukan solusi-solusi dari berbagai masalah yang kami hadapi. Terdapat banyak kesepakatan yang dijalin namun ada tiga proyek terkait kelistrikan yang mendesak untuk segera diselesaikan tahun ini,” ujar Wiluyo Kusdwiharto, Direktur Bisnis Regional Sumatera PLN.Proyek pertama menyangkut peningkatan efisiensi pembangkit listrik yang masih mengalami kendala penurunan kapasitas di regional Sumatera. Wiluyo menjelaskan bahwa saat ini di Sumatera sedang dikembangkan teknologi boiler yang berfungsi untuk mengubah air menjadi uap. Namun masih saja mengalami penurunan kapasitas.”Kami menggandeng ITS di sisi mekanikal dan konversi energi yang sangat kami harapkan untuk mengkaji hal tersebut. Hasil kajian tersebut dapat memberikan masukan kepada kami bagaimana menanggulangi penurunan kapasitas yang kemudian akan diimplementasikan,” tutur Wiluyo.Kemudian, ITS diharapkan mampu memberikan solusi pengembangan kelistrikan di pulau-pulau terluar untuk menaikkan rasio elektrifikasi. Saat ini rasio elektrifikasinya masih sebesar 93 persen. Namun diharapkan pada tahun ini akan melonjak menjadi 100 persen. “Kami harap rasio elektrifikasinya dapat optimum tanpa membebani PLN sekaligus menguntungkan masyarakat,” ucapnya.Dengan ini, lanjutnya, Wiluyo berharap agar ITS dapat memberikan solusi pembangkit apa yang harus digunakan. Hal ini agar tidak seperti pengembangan di Papua yang menggunakan tenaga genset, sehingga memakan anggaran besar. “Saya tidak ingin pembangkit yang diterapkan di Sumatera seperti di Papua hingga harus mengeluarkan dana 150juta per orang,” ungkapnya.Proyek yang ke tiga adalah motor listrik untuk kapal nelayan di Sumatera. Wiluyo telah mempercayakan hal ini kepada ITS karena dianggap berkompeten dalam menciptakan motor listrik.Di samping itu, sebelas HoA yang dijalin ITS bersama PJB bertujuan mengutamakan peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, penganalisaan secara detail untuk mengefisiensikan boiler dan turbin serta pengembangan energi baru terbarukan juga menjadi proyek yang akan segera diwujudkan. “Kerjasama terkait energi baru terbarukan sudah dimulai sejak Oktober 2017 lalu, diharapkan tahun ini dapat diwujudkan,” pungkas Direktur Utama PJB Iwan Agung Firstantara. (mir/owi).
Dalam era digital yang berkembang pesat, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berinovasi untuk memberikan solusi terhadap masalah
Departemen Teknik Informatika, yang merupakan jurusan di Fakultas Elektro dan Informatika Cerdas (FT-EIC) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),
Tim “Frequency Freaks” dari Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FT-EIC) ITS, berhasil meraih medali perunggu