Sorry, no posts matched your criteria.
Kementerian ESDM punya komitmen kuat dalam membangun kesadaran masyarakat mengenai kepedulian pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai sumber energi di masa depan. Melalui program Saatnya Anak Muda Tahu Energi Terbarukan – Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (SETSET GERILYA), kegiatan ini di selenggarakan di aula BG Munaf Departemen Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan ITS, pemerintah menyerukan aksi pemanfaatan EBT khususnya tenaga surya bagi kalangan mahasiwa.
“Salah satu mencapai Net Zero Emission adalah dengan EBT. Kita punya program Gerilya. Mudah-mudahan gerakan tidak berhenti di sini, akan berlanjut dengan gerakan lainnya, dan mencari kolaborasi dengan semua pihak,” ungkap Program Manager Gerilya Kementerian ESDM Khoiria Oktaviani, mewakili Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama, membuka diskusi di kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur pada Sabtu (11/6).
Khoiria menekankan, anak muda akan menjadi aktor utama dalam pencapaian Net Zero Emission (NZE) di masa mendatang. “Kita punya target Net Zero Emission di tahun 2060. Dan anak-anak muda yang peduli akan energi terbarukan inilah yang menjadi masa depan bangsa ini,” tegasnya pada acara yang merupakan kolaborasi dengan Society of Renewable Energy (SRE) ITS tersebut.
Adanya forum edukasi ini tentu mendapat apresiasi dari pihak kampus. Wakil Dekan Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya Rudi Walujo Prastianto mengungkapkan, pengambilan tema satset ini sesuai dengan karakter anak muda, yaitu cepat dan tangkas. “Satset itu dalam bahasa jawa artinya bergerak cepat. Cocok dengan anak muda yang serba cepat dalam memahami sesuatu,” kata Rudi.
Secara khusus, Rudi menyoroti bagaimana pemanfaatan surya mampu dioptimalkan sebagai sumber energi di gedung perguruan tinggi. Ia juga mendorong para mahasiswa untuk melakukan kajian tentang keekonomian dan teknologi baterai PLTS. “Silakan dikaji betul dan diajukan ke unit riset kampus supaya bisa menghasilkan energi sendiri untuk gedung perkuliahan, tempat parkir, maupun gedung lain. Ini akan sangat bermanfaat,” harapnya.
Menjawab tantangan tersebut, pada diskusi kali ini juga menghadirkan pembicara dari mahasiswa Gerilya Batch pertama dari kampus ITS, Resya Ariyani yang melakukan Team Based Project di PT Borneo Energy Harapan, Balikpapan. Kementerian ESDM sendiri telah mengusung program Gerilya sejak tahun 2021. Program tersebut merupakan hasil kolaborasi dengan program Kampus Merdeka Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
“Saya merasakan betul program ini. Kami tidak hanya belajar teori, tapi juga secara praktikal melalui team-based project. Kami diajari mulai dari kulit, daging sampai biji. Dari kebijakan energi, metode pemanfaatan energi surya, langkah design, marketing bisnis, menyusun proposal hingga proyeksi finansial PLTS Atap,” kata Resya Ariyani selaku Gerilyawan Batch I saat memaparkan program Gerilya.
Peluang PLTS Irigrasi
Pemanfaatan tenaga surya juga dapat dimanfaatkan untuk menunjang sektor pertanian, terutama irigasi lahan pertanian. Sebelumnya, petani mengandalkan sawah tadah hujan ataupun mengandalkan pompa air elektrik (electric water pump). “Luas sawah di Indonesia besar, yaitu 8 juta hektar tapi sering kering,” tekan project leader tim litbang PT Bukit Asam Zulkurniadi.
Kondisi tersebut mendorong lahirnya terobosan teknologi baru berupa solar water pump. “Ini adalah teknologi terbaru dari perkembangan off grid sistem dan solar pump inverter. Solar Water pump jauh lebih efisien karena bisa menekan losses,” ungkap sales project engineer PT Reja Aton Energi Fudin Bili Rochazani.
Secara rinci, Fudin menguraikan ada lima komponen utama dalam solar water pump, yaitu panel surya, controller, inverter, water storage, dan saluran distribusi. “Parameter pembangun solar water pump dilihat dari lokasi, kebutuhan air sehari dan ketinggian (head),” jelasnya.
Pada akhir acara, Zulkurniadi menekankan kepada mahasiswa untuk memiliki bekal pengetahuan yang cukup bila ingin terjun ke dunia PLTS. “Perkuat ilmu kalian. Memang kadang pengalaman bekerja seperti ini tidak didapat di bangku kuliah. Makanya, kita haru mempersiapkan dulu secara teknis dan faham tentang panel surya,” tutupnya. (Sumber : Kementerian ESDM RI)