Kompetisi dapat menjadi ajang pembuktikan potensi dan wawasan ilmiah untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat. Melalui Scientist in Action (SIA) 2017, mahasiswa ITS tampil menggagas solusi efektif hingga akhirnya menyabet gelar juara pertama.
Scientist in Action sendiri merupakan kompetisi karya ilmiah nasional dan salah satu rangkaian acara Gempa 5.0 gelaran Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ITS.Berlangsung pada Sabtu (8/4) lalu, dua mahasiswa Teknik Fisika harus berjuang dalam satu tim. Adalah Alberto R Cahyantara dan Lucky Rizky F yang harus melewati tiga babak sebelum akhirnya memasuki tahap final.
Lengkap dengan alat buatannya, Alberto dan Lucky mempresentasikan Quatic di depan dewan juri. Quatic merupakan alat pengendali kualitas air otomasi berbasis internet of things untuk meningkatkan produksi pada budidaya udang vaname.Melalui Quatic, data kualitas air dapat dilihat secara realtime dari smartphone atau web. “Dengan kualitas air yang terkontrol, maka pertumbuhan ikan dijamin meningkat,” terang Alberto.
Diakui oleh Alberto, ia dan temannya tak berharap juara pada lomba ini. Sebab menurutnya, terdapat beberapa finalis dengan ide ide cemerlang dan poster yang menarik. “Semua karya karya pesertanya bagus bagus. Kami bersyukur bisa keluar sebagai jawara,” ucapnya saat ditemui ITS Online.
ITS Terus berbenah dalam segala hal salah satunya dalam mengurus Legalisir yang di butuhkan alumni ITS untuk melamar pekerjaan.
Sebagai seorang akademisi dibidang teknik kelautan, Widi begitu biasaia disapa memang terlahir dari rahim Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali unjuk gigi soal prestasi di ajang bergengsi. Kini, giliran bidang keilmiahan yang naik