Rohmah Hidayah, mahasiswa Pascasarjana Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang sedang menempuh semester tiga di bidang Jaringan Cerdas Multimedia, berhasil terpilih menjadi peserta dalam 2nd International SDGs Bootcamp: Empowering Student Leaders in Higher Education Institutions across Asia to Advance the Sustainable Development Goals. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Tarlac Agricultural University, Filipina, dan diikuti oleh peserta dari berbagai negara ASEAN seperti Filipina, Thailand, Indonesia, India, dan Vietnam.
Rohmah Hidayah, yang biasa disebut Ema, berasal dari Tuban, menjadi salah satu dari dua delegasi ITS dalam acara tersebut, bersama seorang mahasiswa dari Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD). Sebagai salah satu peserta terpilih, ia berhasil melalui proses seleksi yang cukup panjang. Motivasi Ema untuk mengikuti bootcamp ini awalnya sederhana. “Sebenarnya awalnya iseng saja. Tidak menyangka akan diterima, tapi semakin semangat karena acara ini sepenuhnya dibiayai, termasuk akomodasi. Jadi, kesempatan ini juga membuka peluang untuk ke luar negeri tanpa biaya,” ujarnya.
Selama seminggu, peserta mengikuti workshop dan pitching project terkait implementasi SDGs di ASEAN, sekaligus merasakan pengalaman budaya. Pada hari pertama dan kedua, setiap negara memperkenalkan budayanya, dengan delegasi Indonesia menampilkan tarian Kecak dan mengenakan kebaya untuk memperkenalkan kekayaan Nusantara. Momen paling berkesan bagi Ema adalah kunjungan ke kediaman presiden Filipina, wisata ke pegunungan Bagio yang ikonik, serta mencicipi kuliner khas Filipina yang unik.
Kegiatan utama dalam bootcamp ini adalah setiap tim diminta mengajukan proposal proyek terkait SDGs. Ema bersama timnya mengusulkan sebuah sistem manajemen gudang untuk pengelolaan sampah, khususnya daur ulang limbah kertas menjadi barang layak pakai. Proyek ini dirancang untuk mendukung program pengelolaan sampah yang sudah berjalan di negara masing-masing.
Meskipun belum mendapatkan pendanaan karena cakupan proyek yang dianggap terlalu besar, pengalaman ini memberikan pelajaran berharga. “Para juri menyarankan agar kami memfokuskan proyek pada satu jenis limbah agar implementasinya lebih terukur dan efektif,” jelasnya.
Proyek-proyek peserta lainnya juga tak kalah menarik. Salah satu kelompok, misalnya, mengangkat ide daur ulang daun bawang menjadi tas, sementara kelompok lain berfokus pada isu kesetaraan gender dan berbagai solusi berbasis komunitas.
Mengakhiri pengalamannya, Ema berbagi pesan kepada mahasiswa lainnya. “Jangan pernah takut untuk mencoba. Coba saja dulu karena kalau tidak mencoba, kita tidak akan tahu hasilnya. Kalau gagal, mungkin memang belum rejekinya,” ujarnya. Ia juga menekankan pentingnya mempersiapkan semua persyaratan dengan baik saat ingin mendaftar ke sebuah kegiatan.
Dosen FTIRS ITS Raih Penghargaan Bergengsi WSO Concerned Professional Award 2025 Jakarta, 2025 — Ajang bergengsi World Safety
Kunjungan Siswa/Siswi SMA Islam Al Azhar 14 Semarang Pada hari Selasa, 22 April 2025, sebanyak 164 siswa/siswi beserta
Siapa sangka, kecintaan terhadap otomotif dan kesenangan bermain game bisa membuka jalan menuju bisnis yang menjanjikan. Hal itulah yang