Berani keluar dari zona nyaman dan mengepakkan sayap ke ranah yang jarang dijelajahi mahasiswa teknik, Aldius Rizky Asantrinova, mahasiswa Sistem Informasi ITS, membuktikan bahwa dunia diplomasi juga bisa dikuasai oleh mahasiswa teknologi. Ia berhasil memimpin simulasi sidang PBB internasional yang diadakan di Surabaya, membawa pengalaman berharga dalam kepemimpinan dan negosiasi global.
Aldius telah dua kali mengikuti Model United Nations (MUN), sebuah simulasi sidang PBB yang melatih keterampilan diplomasi, negosiasi, dan kepemimpinan. Pada kesempatan pertamanya, ia meraih Honorable Mention, sebuah penghargaan bergengsi dalam ajang internasional tersebut. Kesempatan kedua membawanya ke posisi lebih prestisius memimpin jalannya sidang bertema “Legalization of Medical Use of Cannabis Worldwide” di bawah mandat United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC).
Gambar: Aldiez Rizkia Centrinova saat memimpin simulasi sidang internasional PBB di bawah mandat UNODC.
Sebagai pemimpin sidang, Aldius bertanggung jawab memastikan jalannya diskusi tetap produktif dan sesuai dengan etika diplomasi internasional. Dengan peserta yang merupakan delegasi dari berbagai negara, perbedaan perspektif menjadi tantangan tersendiri. Tidak jarang terjadi perdebatan sengit yang memicu ketegangan, terutama ketika ada delegasi yang terlalu memaksakan solusi untuk negara lain. Di sinilah peran Aldius diuji mengendalikan diskusi, menjaga objektivitas, dan memastikan sidang tetap berfokus pada pencarian solusi global.
“Saat berdiri di depan dengan palu sidang di tangan, ada rasa gugup, tapi juga kebanggaan. Ini bukan sekadar mengetuk palu, tapi sebuah simbol sakral dalam diplomasi,” ungkap Aldius.
Mengikuti MUN bukan sekadar pengalaman akademik baginya, tetapi juga perjalanan untuk memperkuat kepemimpinan dan kemampuan diplomasi. Ia belajar bagaimana mendengarkan berbagai perspektif, bernegosiasi, serta merangkul berbagai negara agar bisa menciptakan solusi bersama. Baginya, leadership dalam forum internasional bukan sekadar memimpin, tetapi juga membangun jembatan antara kepentingan negara-negara yang berbeda.
Tidak berhenti di sini, Aldius telah menyiapkan langkah berikutnya. Ia tengah berusaha menembus panggung internasional yang lebih besar dengan mendaftar sebagai delegasi di Nanyang Technological University (NTU), Singapura, serta memiliki impian untuk berkontribusi dalam simulasi sidang PBB di Harvard dan Paris.
“Sebagai mahasiswa ITS yang dikenal dengan dunia teknologi dan pemrograman, saya ingin mencoba sesuatu yang berbeda. Saya ingin membuktikan bahwa kita juga bisa berkiprah di ranah diplomasi,” ujar Aldius.
Ia pun berpesan kepada mahasiswa lain agar tidak ragu untuk mencoba hal-hal baru, bahkan di luar bidang yang biasa mereka tekuni. “Jangan takut untuk keluar dari arus mainstream. Jika kamu tidak pernah mencoba, maka kamu sudah kehilangan kesempatan untuk belajar.” Dengan keberanian dan tekadnya, Aldius tidak hanya membanggakan dirinya sendiri, tetapi juga menunjukkan bahwa mahasiswa teknik, khususnya dari ITS, juga mampu bersaing di dunia diplomasi internasional.
Dosen FTIRS ITS Raih Penghargaan Bergengsi WSO Concerned Professional Award 2025 Jakarta, 2025 — Ajang bergengsi World Safety
Kunjungan Siswa/Siswi SMA Islam Al Azhar 14 Semarang Pada hari Selasa, 22 April 2025, sebanyak 164 siswa/siswi beserta
Siapa sangka, kecintaan terhadap otomotif dan kesenangan bermain game bisa membuka jalan menuju bisnis yang menjanjikan. Hal itulah yang