FGD sepuluh perguruan tinggi se-Jawa Timur
Seperti yang tertulis dalam Tri Darma Perguruan Tinggi, kampus merupakan tempat yang identik dengna penelitian, pengabdian masyarakat dan pengajaran. Untuk merealisasikannya, khususnya penelitian, tak ayal beberapa perguruan tinggi memiliki suatu produk hasil peneilitan yang menjadi ciri khas alamameternya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pun bersama sembilan universitas lain se-Jawa Timur berkerjasama menjalin riset untuk mengembangkan produk andalannya masing-masing.
Setidaknya ada sepuluh topik yang diangkat dalam riset bersama ini. Diantaranya adalah Mocraf Singkong, Budaya Literasi dan Literasi Finansial, Material Maju, Energi Bomassa, Pengembangan Daerah Pesisir Surabaya, Blastocytosis, Varietas Jagung, Learning Innovation, serta Pariwisata Pantai Selatan. ITS sendiri menghadirkan Inovasi Manajemen Energi untuk Smart City untuk dikembangkan bersama.Penanggung jawab forum diskusi yang diadakan di ITS, Dr Imam Abadi ST MT mengatakan, riset bersama ini dilakukan guna mendongkrak riset perguruan tinggi di Jawa Timur. Hal ini lantaran satu jurnal yang dipublikasikan akan mencantumkan lebih dari satu perguruan tinggi yang tercatat dalam lembaga pengindeks. “Riset bersama ini juga dilakukan untuk memperkuat kerjasama antar perguruan tinggi,” tambah Imam.Kerjasama yang melibatkan Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, UPN Veteran Jatim, Universitas Jember, Universitas Trunojoyo, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Malang, UIN Sunan Ampel, dan UIN Maulana Malik Ibrahim ini telah dimulai sejak 2017. Selama tiga bulan sekali seluruh peneliti tiap perguruan tinggi dikumpulkan dalam forum diskusi guna membahas perkembangan penelitian masing-masing.Setiap perguruan tinggi diminta untuk memimpin penelitian yang menjadi produk andalannya. Sementara itu perguruan tinggi lain yang ‘menginduk’ mencari topik pembahasan yang bisa mendorong kemajuan topik utama tersebut. “Contoh untuk Mocraf Singkong, sebenarnya penelitian tersebut telah hampir selesai, namun di forum ini kita cari hal apa yang bisa meningkatkan produk ini, dari segi teknologinya misalnya,” terang Imam.Sayangnya perbedaan kesibukan dan kebijakan perguruan tinggi membuat perkembangan penelitian setiap topiknya berbeda-beda. Beberapa topik sudah mulai melakukan publikasi, sementara topik lainnya ada yang belum bergerak sama sekali. Selain itu kendala biaya juga kerap kali menjadi batu penghalang berkembangnya proses penelitian.Menurut ketua Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM), Prof Dr Ir Adi Soeprijanto MT, kesepuluh topik pilihan ini tidak akan berhenti di meja pengindeks saja. Kedepannya akan ada upaya-upaya hilirisasi sehingga produk-produk ini bisa menyentuh industri dan memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat. Namun hal ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit. “Mungkin untuk bisa menyentuh industri membutuhkan waktu 4-5 tahun. Prosesnya masih panjang,” ujarnya.Adi pun menargetkan setidaknya dua tahun mendatang topik-topik penelitian sudah mulai menghasilkan prototype dan menyelesaikan permasalahan yang ada di Jawa Timur. “Karena bagaimana pun tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan produk yang bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” pungkasnya. (mik/jel).google {left:100%;display:inline-block;position:fixed} займ с плохой историей
Dalam era digital yang berkembang pesat, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berinovasi untuk memberikan solusi terhadap masalah
Departemen Teknik Informatika, yang merupakan jurusan di Fakultas Elektro dan Informatika Cerdas (FT-EIC) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS),
Tim “Frequency Freaks” dari Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FT-EIC) ITS, berhasil meraih medali perunggu