16 Oktober 2018
[Catatan 15 Oktober]
17 hari pasca gempa melanda Palu-Donggala-Sigi, tak sedikit pun rasa putus asa menyelinap dalam benak kami. Kami yakin, Ngataku [sebuah frasa dari bahasa kaili yang berarti kotaku] akan bangkit.
Mobil sederhana warna hitam menjadi saksi perjalanan kami, juga tak lupa 4 kendaraan bermotor yang selalu mangawal di kanan – kirinya. Kendaraan ini dipenuhi oleh logistik yang sudah tak sabar untuk di genggam si yang berhak. Sembako tak sabar untuk di masak, susu yang merengek untuk segera bertemu si bayi, bahkan pakaian yang sudah mewanti di badan mana ia akan dikenakan.
Langaleso, tujuan kami berhenti. Desa ini berada di bumi SIGI, Tak jauh dari Ibu Kota (Palu). Memakan waktu 1 jam 15 menit dari posko (perumahan bukit alya-tondo), tak menyurutkan semangat kami untuk segera bertemu dengan desa ini. Awan kelabu menemani dari perputaran roda kendaraan yang kami tumpangi. Memasuki Desa Langaleso, kami di sambut dengan sawah yang hijau seakan di Desa itu tak terjadi apa-apa. Tapi, rekan kami si penunjuk jalan terus berlanjut sepertinya memang ada apa-apa di Desa ini. Tak berselang lama, sampailah kami di titik dimana desa ini rupanya terdampak Gempa.
Di titik itu, kami melihat deretan rumah yang di genangi oleh lumpur setinggi lebih kurang 1 meter, jalanan yang retak, dan kondisi bangunan sekolah yang rusak berat dan cukup membahayakan juga semakin memperbesar rasa Iba kami. “Bagaimana nantinya anak-anak SD desa ini belajar ?”, seperti itu pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Mencoba mengamati lingkungan sekitar. Walhasil, rupanya bukan hanya itu saja yang kami temukan. Masjid, Gereja, Mobil, Motor juga yang tertimbun lumpur yang menurut keterangan masyarakat sekitar berasal dari Desa Jono Oge.
Tak tahu apa kondisi ilmiahnya, yang pasti lumpur itu muncul berselang dengan terjadinya Gempa. Tak mau kalah dengan ombak tsunami yang menghantam pesisir pantai Palu-Donggala, Desa ini pun di timpa lumpur yang juga menelan korban. Beberapa korban sudah Berhasil di evakuasi, beberapa lainnya masih sukar untuk dilakukan evakuasi. Struktur tanah berlumpur yang masih membahayakan, masih memberi trauma untuk melakukan evakuasi. Mayat yang tertimbun hanya di berikan tanda merah-putih untuk menandakan bahwa di titik itu terdapat mayat.
Sedikit mengerikan jika semuanya harus di ceritakan, namun pastinya kotak kardus kami berjalan di Desa ini. Berharap tangan-tangan kami tergolong baik menyalurkan kotak sederhana ini. Senyum, haru, dan tawa masyarakat Desa Langaleso merekah di wajah satu per satu. Semua barang selesai di distribusikan, namun bukan berarti semua sudah selesai. Perjalanan masih panjang, harapan-harapan masyarakat Langaleso masih besar. Begitu pun dengan Kelurahan/Desa terdampak lainnya. Tak sedikit berharap, luka kan segera sembuh. Sakitnya kehilangan akan terobati.
[YANG PATAH TUMBUH, YANG HILANG BERGANTI]
Kampus ITS, ITS News – ITS kembali berkontribusi dalam bidang kesehatan. Kali ini, Satgas Kemanusiaan DRPM ITS gelar kegiatan donor darah
30 Desember 2023, 12:12Kampus ITS, ITS News – Masih dalam semangat bulan suci Ramadan, ITS mengadakan Bakti Sosial kepada masyarakat sekitar kampus
27 April 2022, 08:04Kampus ITS, ITS News – KK IKA ITS berkolaborasi dengan Direktorat Kemahasiswaan (Ditmawa) ITS kembali melakukan kegiatan peduli bencana
04 Maret 2022, 19:03