Surabaya, Takmir MMI ITS Banyak sekali ulama yang telah meninggalkan karangan berharga bagi peradaban Islam, salah satunya adalah kitab hadis Arbain Nawawi.
Kitab karangan Syekh Nawawi tersebut merupakan salah satu kitab yang cukup masyhur bagi umat Islam. Bahkan saking masyhurnya, saat bulan Ramadhan, banyak sekali yang mengkaji kitab yang berisi sekitar 40 hadis tersebut.
Menurut Ir Muhammad Faqih PhD, kitab Arbain Nawawi merupakan salah satu kitab yang menjadi pegangan wajib bagi pesantren. “Hal ini dikarenakan kitab ini termasuk salah satu kitab dasar dan mudah dimengerti,” jelasnya dalam kajian online yang diselenggarakan pada Jumat (2/7) pagi.
Ia kemudian berkata bahwa dalam mempelajari sesuatu perkara, yang terpenting adalah memahami kemudian mengamalkannya. “Dalam mempelajari sesuatu, yang terpenting itu adalah kita bisa memahaminya dan kemudian jika kita sudah paham, kita bisa mengamalkannya,” bebernya.
“Mudah-mudahan dalam mempelajari kitab hadis Arbain Nawawi ini kita bisa benar-benar memahami dan juga mengamalkannya,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, dosen Departemen Arsitektur ITS ini membeberkan alasan dari para ulama yang selalu mendahulukan hadis mengenai niat di tiap permulaan dari kitab hadis yang mereka karang.
“Hadis (pertama, -red) ini menjadi awal dari kitab hadis. Menurut kitab ini, banyak kitab-kitab hadis lainnya yang para ulama mendahulukan hadis ini mengingat arti penting dari niat bagi suatu amal,” ungkapnya.
Dikatakannya, para ulama pada umumnya saat menyusun kitab hadis selalu mendahulukan bab niat. Hal ini adalah untuk meluruskan niat dari para pelajar dan pembaca kitab.
“Tujuannya adalah meluruskan bagi semua pencari ilmu dan pembaca kitab agar mencari ridha Allah. Niat yang ultimate itu adalah mencari ridha Allah,” uria sosok yang pernah menjabat sebagai salah satu Wakil Rektor ITS Bidang Perencanaan Keuangan dan Sarana Prasarana periode 2011-2015 ini.
“Dengan menempatkan hadis tentang niat pada bagian awalnya, para ulama ini berharap agar para pencari ilmu itu bisa mencari ridha Allah. Sebuah kebiasaan unik dari para ulama dalam menulis,” lanjutnya.
Sosok berkacamata ini kemudian melanjutkan penjelasan mengenai kebiasaan para ulama itu. Olehnya, kebiasaan unik para ulama itu bisa dikatakan sangat berbeda dengan yang ada pada saat ini.
“Mungkin agak beda dengan kita sekarang. Kita menulis karena suatu kepentingan tertentu, tetapi para ulama masa lalu apalagi yang berkaitan dengan agama ini yang mana sumber pokoknya adalah niat ini yang didahulukan,” tukasnya. (Nan)
Riwayat Hadis & Terjemah الأذكار النووية – (1 / 82)227 – وروينا في كتابي الترمذي وابن السني بإسناد فيه
PendahuluanDiskusi mengenai boikot dan demonstrasi dalam mendukung Palestina menampilkan berbagai pandangan yang menunjukkan pentingnya kedua tindakan ini. Artikel ini
– وعن أنس – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ أَبُو بكر لِعُمَرَ رضي الله عنهما بَعْدَ