News

Amalan Sunnah dalam Merayakan Idul Adha

Rab, 28 Jun 2023
12:33 am
Artikel
Share :
Oleh : adminmasjid   |

Idul Fitri dan Idul Adha adalah dua hari raya penting dalam agama Islam yang dirayakan sekali dalam setahun. Keduanya memiliki keutamaan dan kesunnahan yang berbeda. Pada hari raya Idul Fitri, umat Islam saling memaafkan, mengunjungi keluarga dan kerabat. Sedangkan pada hari raya Idul Adha, kegiatan kurban dan ibadah haji dilaksanakan.

Sebagai ibadah tahunan, kita disarankan untuk melaksanakannya dengan sempurna dan menjalankan semua amalan sunnah yang dianjurkan pada hari tersebut dengan niat yang tulus dan mengharap pahala dari Allah SWT. Berikut ini adalah beberapa kesunnahan yang dianjurkan oleh para ulama.

Pertama, mengumandangkan takbir di masjid, mushalla, dan rumah pada malam hari raya, dimulai dari terbenamnya matahari sampai hari terakhir tanggal 13 Dzulhijjah pada hari tasyriq. Dalam kitab Raudlatut Thalibin dijelaskan:

فَيُسْتَحَبُّ التَّكْبِيرُ الْمُرْسَلُ بِغُرُوبِ الشَّمْسِ فِي الْعِيدَيْنِ جَمِيعًا، وَيُسْتَحَبُّ اسْتِحْبَابًا مُتَأَكَّدًا، إِحْيَاءُ لَيْلَتَيِ الْعِيدِ بِالْعِبَادَةِ

“Disunahkan mengumandangkan takbir pada malam hari raya mulai terbenamnya matahari, dan sangat disunahkan juga menghidupkan malam hari raya tersebut dengan beribadah.”

Ini juga menjelaskan tentang dianjurkannya memuliakan dan menghidupkan malam hari raya tersebut. Menghidupkan malam hari raya bisa dilakukan dengan melakukan ibadah seperti shalat maghrib, isya’, dan subuh berjamaah.

Kedua, mandi sebelum melaksanakan shalat Id. Mandi ini dapat dilakukan mulai pertengahan malam sebelum waktu subuh atau sesudah subuh. Tujuan dari mandi ini adalah untuk membersihkan badan dan membuatnya segar. Mandi sebelum berangkat shalat merupakan yang paling baik.

يُسَنُّ الْغُسْلُ لِلْعِيدَيْنِ، وَيَجُوزُ بَعْدَ الْفَجْرِ قَطْعًا، وَكَذَا قَبْلَهُ، ويختص بالنصف الثاني من الليل

“Disunnahkan mandi untuk shalat Id, untuk waktunya boleh setelah masuk waktu subuh atau sebelum subuh, ata pertengahan malam.”

Mandi ini dianjurkan bagi semua muslim, baik laki-laki maupun perempuan, termasuk bagi perempuan yang sedang menstruasi atau dalam kondisi tertentu yang tidak memungkinkan melaksanakan shalat Id.

Ketiga, disarankan untuk memotong rambut, memotong kuku, dan menghilangkan bau badan yang tidak sedap untuk mendapatkan keutamaan hari raya. Hal-hal ini dapat dilakukan kapan saja ketika memungkinkan, tidak harus menunggu hari raya. Pada hari Jumat, misalnya, juga dianjurkan untuk melaksanakan amalan-amalan tersebut. Namun, berdandan dan berpakaian secara berlebihan serta menggunakan wangi-wangian secara berlebihan tidak dianjurkan. Dalam Syarah Muhadzdzab dijelaskan:

والسنة أن يتنظف بحلق الشعر وتقليم الظفر وقطع الرائحة لانه يوم عيد فسن فيه ما ذكرناه كيوم الجمعة والسنة أن يتطيب

“Disunnahkan pada hari raya Id membersihkan anggota badan dengn memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau badan yang tidak enak, karena amalan tersebut sebagaimana dilaksanakan pada hari Jumat, dan disunnahkan juga memakai wangi-wangian.”

Keempat, memakai pakaian yang paling baik, bersih, dan suci. Jika memungkinkan, lebih baik memakai pakaian putih dan serban. Namun, bagi perempuan, cukup memakai pakaian sederhana atau pakaian sehari-hari. Berlebihan dalam berpakaian dan menggunakan wangi-wangian tidak dianjurkan. Dalam Raudlatut Thalibin dijelaskan:

وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَلْبَسَ أَحْسَنَ مَا يَجِدُهُ مِنَ الثِّيَابِ، وَأَفْضَلُهَا الْبِيضُ، وَيَتَعَمَّمُ. فَإِنْ لَمْ يَجِدْ إِلَّا ثَوْبًا، اسْتُحِبَّ أَنْ يَغْسِلَهُ لِلْجُمُعَةِ وَالْعِيدِ، وَيَسْتَوِي فِي اسْتِحْبَابِ جَمِيعِ مَا ذَكَرْنَاهُ، الْقَاعِدُ فِي بَيْتِهِ، وَالْخَارِجُ إِلَى الصَّلَاةِ، هَذَا حُكْمُ الرِّجَالِ. وَأَمَّا النِّسَاءُ، فَيُكْرَهُ لِذَوَاتِ الْجَمَالِ وَالْهَيْئَةِ الْحُضُورُ، وَيُسْتَحَبُّ لِلْعَجَائِزِ، وَيَتَنَظَّفْنَ بِالْمَاءِ، وَلَا يَتَطَيَّبْنَ، وَلَا يَلْبَسْنَ مَا يُشْهِرُهُنَّ مِنَ الثِّيَابِ، بَلْ يَخْرُجْنَ فِي بِذْلَتِهِنَّ.

“Disunnahkan memakai pakaian yang paling baik, dan yang lebih utama adalah pakaian warna putih dan juga memakai serban. Jika hanya memiliki satu pakaian saja, maka tidaklah mengapa ia memakainya. Ketentuan ini berlaku bagi kaum laki-laki yang hendak berangkat shalat Id maupun yang tidak. Sedangkan untuk kaum perempuan cukupla ia memakai pakaian biasa sebagaimana pakaian sehari-hari, dan janganlah ia berlebih-lebihan dalam berpakaian serta memakai wangi-wangian.”

Kelima, disarankan untuk berjalan kaki saat menuju masjid atau tempat shalat Id. Hal ini lebih utama, karena dengan berjalan kaki, kita dapat bertegur sapa dan bermushafahah dengan sesama umat Muslim. Namun, bagi orang yang lanjut usia atau tidak mampu berjalan jauh, dapat menggunakan kendaraan dengan tetap memperhatikan keamanan dan keselamatan. Dalam hadits riwayat Ibnu Umar, Nabi bersabda:

كَانَ يَخْرُجُ إلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا

“Rasulullah SAW berangkat untuk melaksanakan shalat Id dengan berjalan kaki, begitupun ketika pulang tempat shalat Id.”

Di samping itu, disarankan pula untuk berangkat ke masjid lebih awal agar dapat mendapatkan tempat di barisan depan saat shalat Id. Sambil menunggu pelaksanaan shalat, kita dapat bersama-sama bertakbir di masjid bersama para jama’ah yang sudah hadir. Panduan dari Imam Nawawi dalam Kitab Raudlatut Thalibin menjelaskan tentang anjuran ini.

السُّنَّةُ لِقَاصِدِ الْعِيدِ الْمَشْيُ. فَإِنْ ضَعُفَ لِكِبَرٍ، أَوْ مَرَضٍ، فَلَهُ الرُّكُوبُ، وَيُسْتَحَبُّ لِلْقَوْمِ أَنْ يُبَكِّرُوا إِلَى صَلَاةِ الْعِيدِ إِذَا صَلَّوُا الصُّبْحَ، لِيَأْخُذُوا مَجَالِسَهُمْ وَيَنْتَظِرُوا الصَّلَاة

“Bagi yang hendak melaksanakan shalat Id disunahkan berangkat dengan berjalan kaki, sedangkan untuk orang yang telah lanjut usia atau tidak mampu berjalan maka boleh ia menggunakan kendaraan. Disunnahkan juga berangkat lebih awal untuk shalat Id setelah selesai mengerjakan shalat subuh, untuk mendapatkan shaf atau barisan depan sembari menunggu dilaksanakannya shalat.”

Keenam, dalam Hari Raya Idul Adha, disarankan untuk makan setelah selesai melaksanakan shalat Id, berbeda dengan Hari Raya Idul Fitri yang disarankan untuk makan sebelum melaksanakan shalat Id.

 عن بريدة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا يخرج يوم الفطر حتى يطعم ويوم النحر لا يأكل حتي يرجع

Diriwayatkan dari Sahabat Buraidah RA, bahwa Nabi SAW tidak keluar pada hari raya Idul Fitri sampai beliau makan, dan pada hari raya Idul Adha sehingga beliau kembali ke rumah.”

Itulah beberapa amalan sunnah yang dianjurkan pada hari raya  Idul Adha. Melaksanakan amalan-amalan tersebut dengan ikhlas dan sungguh-sungguh diharapkan dapat mendapatkan pahala dan berkah dari Allah SWT. Selain itu, mari kita jadikan momentum hari raya sebagai ajang untuk mempererat tali silaturahmi, saling memaafkan, dan menyebarkan kebaikan kepada sesama. Selamat menjalankan ibadah hari raya bagi seluruh umat Muslim.

Latest News

  • Dzikir Pagi & Sore (14) : “Meraih Derajat Syuhada’ ”

    Riwayat Hadis & Terjemah الأذكار النووية – (1 / 82)227 – وروينا في كتابي الترمذي وابن السني بإسناد فيه

    16 Jul 2024
  • Boikot dan Demonstrasi: Kepedulian dan Tantangan dalam Mendukung Palestina

    PendahuluanDiskusi mengenai boikot dan demonstrasi dalam mendukung Palestina menampilkan berbagai pandangan yang menunjukkan pentingnya kedua tindakan ini. Artikel ini

    12 Jul 2024
  • Belajar Dari Ummu Aiman rodhiyallohu ‘anha

    – وعن أنس – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ أَبُو بكر لِعُمَرَ رضي الله عنهما بَعْدَ

    11 Jul 2024