News

Hidup di Organisasi atau Menghidupkan Organisasi?

Rab, 31 Jul 2024
12:16 pm
Uncategorized

Sorry, no posts matched your criteria.

Share :
Oleh : adminmasjid   |

Organisasi menurut bahasa adalah suatu kesatuan atau susunan yang terdiri atas orang-orang dalam perkumpulan untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Islam, organisasi dijelaskan di surat Ali- Imran ayat 104, yang berbunyi :

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan hendaklah ada di antar a kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali-Imran, 104)

Dari ayat tersebut bisa kita tarik kesimpulan bahwa islam menganjurkan untuk berkumpul kemudian membuat suatu jamaah atau kelompok, atau yang sekarang sering kita sebut organisasi yang dengan organisasi tersebut jalan dakwah amar ma’ruf nahi munkar menjadi semakin mudah. Secara garis kronologis, terciptanya sebuah organisasi disebabkan oleh interaksi sosial satu sama lain yang saling menyatukan tujuan, pemikiran dan daya upayanya menjadi sebuah inti sari organisasi. Tak heran bahwa biasanya organisasi mempunyai rasa kekeluargaan yang lebih tinggi daripada bentuk interaksi yang lain. Mereka yang loyal dan semangat untuk mengembangkan kebermanfaatan organisasinya bahkan bisa melebihi jabatannya itu sendiri. Rasa ingin untuk menghidupkan organisasi itu muncul karena kebanggannya, idealisme dan kecocokannya dengan interaksi yang ada dalam organisasi tersebut. Dari hal tersebut membuat organisasi sangatlah populer dan berkembang pesat.

Organisasi bukanlah sebuah bentuk yang kaku karena setiap zaman pasti terdapat perubahan interaksi sosial yang dipengaruhi entah itu keadaan negara, perkembangan IPTEK dan hal yang lainnya. Karenanya, pada zaman ini terlihat terdapat penurunan minat untuk menghidupkan organisasi, mereka yang kehilangan semangat dan kemauan untuk bergerak menyebabkan organisasi semakin lesu. Padahal organisasi bisa jadi sebuah kebutuhan bagi mereka, namun dengan pergeseran pemikiran bahwa saat ini kita dituntut untuk mencapai kesuksesan secepat mungkin, menunjukkan kesuksesan diri, dan membuktikan kemampuan diri menjadi dinding dinding tebal yang mengurung mereka dari interaksi sosial yang bertujuan kolektif.

Sebuah tantangan yang besar bagi semua organisasi saat ini untuk melakukan adaptasi yang bisa menjamin keberlangsungan organisasi tersebut. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah bagaimana cara organisasi saat ini untuk membuat staff termotivasi untuk loyal dan semangat untuk mengembangkan organisasinya? Hal tersebut terhubung langsung dengan hilangnya staff dan anggota organisasi.

Anggapan paling masuk akal ketika terdapat ketidaksesuaian ekspektasi di dalam organisasi tersebut, baik itu dari interaksi kecil ataupun kegiatan sehari-hari. Hal-hal yang terkait dengan interaksi antar staff ataupun interaksi dengan pimpinan seringkali membuat mereka enggan untuk menghidupkan organisasi, meskipun hal tersebut ternyata hanyalah masalah sepele. Kita tidak akan pernah tau apa yang mereka pikiran tentang organisasi sebelum mereka mengungkapkan pemikiran dan perasaan mereka. Hal tersebut bisa dilakukan dengan melakukan upaya pendekatan antar staff maupun dengan pimpinan sehingga pendapat anggota yang hilang tersebut bisa menjadi bahan evaluasi demi kebaikan organisasi. Pendapat lain menyetujui hal tersebut, namun memang kita tidak bisa memaksakan kehendak seseorang untuk terus menghidupkan organisasi karena mereka yang mempunyai kendali lebih untuk ikut berinteraksi didalamnya.

Bagi pemimpin organisasi, tentu sebelum terjadi masalah tersebut harus mempunyai solusi preventif dengan menciptakan budaya kerja positif, seperti dengan pemberian apresiasi ketika anggota meraih sebuah pencapaian, komunikasi yang aktif sesuai dengan arah interaksi organisasi, dan juga transparansi pengelolaan organisasi. Catatan untuk 100 hari pertama bergabungnya anggota baru ke dalam organisasi disebut dengan Honeymoon pace yaitu masa dimana anggota mempunyai semangat juang yang tinggi dan itu penting untuk dimanfaatkan sebagai momentum yang menentukan peran mereka kedepannya.

Menurut buku TKO, disana menyatakan bahwa peraturan bagi anggota maupun staff yang tidak aktif di organisasi adalah dengan teguran, surat peringatan dan pengeluaran apabila tetap tidak bisa dihubungi. Sebenarnya dalam islam sudah menjelaskan pentingnya untuk ikut serta dan aktif dalam berorganisasi seperti dalam firman Allah:

فَرِحَ الْمُخَلَّفُوْنَ بِمَقْعَدِهِمْ خِلٰفَ رَسُوْلِ اللّٰهِ وَكَرِهُوْٓا اَنْ يُّجَاهِدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَقَالُوْا لَا تَنْفِرُوْا فِى الْحَرِّۗ قُلْ نَارُ جَهَنَّمَ اَشَدُّ حَرًّاۗ لَوْ كَانُوْا يَفْقَهُوْنَ

Artinya:

Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) merasa gembira dengan duduk-duduk setelah kepergian Rasulullah (ke medan perang). Mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah dan mereka (justru) berkata, “Janganlah kamu berangkat (ke medan perang) di tengah panas terik.” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Api neraka Jahanam lebih panas.” Seandainya saja selama ini mereka memahami. (At-Taubah, 9:81)

فَاِنْ رَّجَعَكَ اللّٰهُ اِلٰى طَاۤىِٕفَةٍ مِّنْهُمْ فَاسْتَأْذَنُوْكَ لِلْخُرُوْجِ فَقُلْ لَّنْ تَخْرُجُوْا مَعِيَ اَبَدًا وَّلَنْ تُقَاتِلُوْا مَعِيَ عَدُوًّاۗ اِنَّكُمْ رَضِيْتُمْ بِالْقُعُوْدِ اَوَّلَ مَرَّةٍۗ فَاقْعُدُوْا مَعَ الْخٰلِفِيْنَ

Artinya:

Maka, jika Allah memulangkanmu (Nabi Muhammad) ke satu golongan dari mereka (orang-orang munafik), kemudian mereka meminta izin kepadamu untuk keluar (pergi berperang), katakanlah, “Kamu tidak boleh keluar bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya sejak semula kamu telah rida duduk (tidak berperang). Oleh karena itu, duduklah (tinggallah) bersama orang-orang yang tidak ikut (berperang).” (At-Taubah, 9:83)

Solusi dari lunturnya semangat dan loyalitas anggota organisasi saat ini sangat dibutuhkan. Muncul opini untuk memberikan contoh yang baik kepada anggota untuk saling peduli satu sama lain, sehingga anggota merasa nyaman dan kembali tertarik dengan kehidupan organisasi. Namun, hal itu memang tidak bisa dipaksakan karena berasal dari pribadi masing-masing. Dalam point of view organisasi JMMI dapat kita ambil dasar solusi dari firman Allah:

وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya:

Di antara mereka ada juga yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari azab neraka.” (Al-Baqarah, 2:201)

Pertanyaan kembali muncul dari anggota yang kebingungan mengapa setiap divisi harus saling melengkapi, dan tidak terpusat pada perannya di dalam divisi tersebut? Sebenarnya yang perlu diperhatikan menurut islam yaitu:

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَࣖ

Artinya:

Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi (tinggal bersama Rasulullah) untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya?

Semua bekerja sesuai jobdescnya. Jadi semua departemen tidak wajib ikut di jobdesc departemen lain, namun sebagai satu kesatuan organisasi yang mempunyai banyak kegiatan, maka setidaknya kegiatan tersebut dapat berjalan dengan sukses dengan kolaborasi antar divisi apabila memang diperlukan.

Latest News

Sorry, no posts matched your criteria.