(Telah terbit pada laman www.its.ac.id tanggal 17 November 2016, oleh Dadang ITS)
Menurut Ustadz Bahrul Ulum, M.P.I, Sekretaris Majelis Intelektual dan Ulama’ Muda Indonesia (MIUMI), saat ini banyak orang berlatarbelakang tidak jelas tetapi tulisannya tentang Islam banyak diikuti orang di sosial media. “Barang siapa tidak mengambil ilmu dari ulama’, maka keyakinannya dalam perkara adalah tertolak,” ujarnya tegas.
Bahrul menekankan pentingnya belajar agama kepada seorang guru. Menurutnya, tidak cukup belajar agama hanya membaca dari internet dan buku, terlebih lagi buku terjemahan yang memungkinkan terjadinya kesalahan mengartikan oleh penerjemah. “Kalau kita belajar ilmu agama tanpa seorang guru, maka kita akan tersesat,” imbuhnya.
Disampaikan pula dalam kajian yang digelar di Masjid Manarul Ilmi, selama ini aliran sesat yang menyimpang dari agama Islam kebanyakan memakai dalil Al-Quran dan Hadits. Akan tetapi aliran tersebut menafsirkan berdasarkan nafsunya semata.
Ia memaparkan, dalam mengkaji Al-Quran seharusnya pembelajar menggunakan Tafsir bil Ma’tsur atau menafsirkan dengan cara mengutip rujukan yang tidak hanya berasal dari Al-Quran. Melainkan, katanya, juga hadits serta dari para sahabat yang mendapat penjelasan langsung dari Nabi Muhammad SAW. ”Bukan dengan cara Tafsir bil Ra’yi yakni menafsirkan berdasarkan nafsu.
Keutamaan belajar di Majelis Ilmu Ustadz Bahrul Ulum juga berpesan untuk menghadiri majelis Ilmu karena terdapat penanggungjawab (ustadz, red) yang akan mempertanggungjawabkan kelak di akhirat. “Belajar fii majlis ‘ilmi (di majlis ilmu), di hadist tidak dikatakan fii majlis maya (di dunia maya, red), itu lebih baik dari shalat sunnah seribu rakaat,” katanya membacakan sebuah hadits.
Keutamaan majelis ilmu, lanjutnya, adalah mendapat contoh langsung tentang akhlak dan takwa. “Kalau ustaz memberi ilmu di majelis, tidak mungkin sambil merokok. Tetapi orang yang menulis di dunia maya, bisa jadi menulisnya sambil merokok,” ungkapnya.
Selain itu, dengan belajar di majelis ilmu, kita dapat bertemu dengan orang-orang saleh dan belajar secara sistematis, misalnya mengkaji satu kitab hingga selesai. “Belajar di dunia maya biasanya tidak sistematis. Cara seperti ini tidak akan menghasilkan ilmu yang kokoh karena tidak memulai dari dasar dan bisa jadi malah kebingungan yang berdampak pada kebosanan,” tandasnya.
Walaupun demikian, Bahrul tidak mempermasalahkan bila ada yang belajar dari video di youtube tentang rekaman kajian di sebuah majelis ilmu. “Yang terpenting, guru yang berada di majelis tersebut jelas siapa orangnya,” tuturnya.
Lebih lanjut, Bahrul juga menyinggung kegiatan mentoring di ITS. Dalam sistem mentoring, senior membagikan ilmu agama ke mahasiswa baru berdasarkan buku panduan mentoring. “Sistem mentoring itu bagus, kalau seniornya punya kapasitas keilmuan. Tapi kalau mahasiswa barunya yang lebih berkapasitas ilmunya, maka senior tersebut harus meng-upgrade ilmunya,” pungkasnya.
Riwayat Hadis & Terjemah الأذكار النووية – (1 / 82)227 – وروينا في كتابي الترمذي وابن السني بإسناد فيه
PendahuluanDiskusi mengenai boikot dan demonstrasi dalam mendukung Palestina menampilkan berbagai pandangan yang menunjukkan pentingnya kedua tindakan ini. Artikel ini
– وعن أنس – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ أَبُو بكر لِعُمَرَ رضي الله عنهما بَعْدَ