News

Mengambil Hikmah Berqurban dari Kisah Qobil dan Habil

Sab, 17 Jun 2023
12:24 am
Artikel
Share :
Oleh : adminmasjid   |

Qobil dan Habil adalah dua putra Nabi Adam yang pertama. Dari pernikahan Nabi Adam dan Ibu Hawa, lahirlah 2 pasang anak. Qabil lahir bersama dengan saudari satu kandung bernama Iqlima, yang terkenal dengan kecantikannya. Sementara itu, Habil lahir dengan saudari kandung bernama Labuda, yang kecantikannya tidak secantik Iqlima.

Menurut syariat yang berlaku pada saat itu, Qabil diharuskan menikahi Labuda, sedangkan Habil menikahi Iqlima. Aturan ini mengharuskan mereka untuk tidak menikahi saudara “kandung”nya. Namun, Qabil tidak menerima ketentuan ini. Ia ingin menikahi Iqlima yang cantik. Dengan ketidakpuasan hatinya, Qabil menyampaikan pendapatnya, mengatakan bahwa ketentuan tersebut hanya berasal dari pemikiran ayah mereka, Nabi Adam, dan bukan dari Allah SWT.

Kata Qobil dalam ketidakpuasannya:

أَنَا أَحَقُّ بِهَا، وَهُوَ أَحَقُّ بِأُخْتِهِ، وَلَيْسَ هَذَا مِنَ اللَّه تَعَالَى، وَإِنَّمَا هُوَ رَأْيُكَ

Artinya: “Saya lebih berhak untuk Iqlima. Dan Habil pun lebih berhak dengan saudari perempuan sekandungnya. Ketentuan ini sebenarnya bukan dari Allah, melainkan hanya akal-akalanmu (Adam) saja!” (keterangan di kitab Mafatih al-Ghaib: Syekh Fakhruddin al-Razi)

Kisah ini diabadikan di dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah:

وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ ٱبۡنَيۡ ءَادَمَ بِٱلۡحَقِّ إِذۡ قَرَّبَا قُرۡبَانٗا فَتُقُبِّلَ مِنۡ أَحَدِهِمَا وَلَمۡ يُتَقَبَّلۡ مِنَ ٱلۡأٓخَرِ قَالَ لَأَقۡتُلَنَّكَۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ

Artinya: “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Ma’idah [5]: 27)

Kisah ini kemudian mengarah kepada perintah Nabi Adam kepada kedua putranya untuk berkurban. Allah SWT akan menerima kurban dari salah satu di antara mereka, yang menunjukkan siapa yang lebih layak mendapatkan ridha-Nya. Menurut penjelasan Syekh Fakhruddin al-Razi dalam Mafatih al-Ghaib, jika kurban mereka diterima, tanda yang muncul adalah api yang turun dari langit untuk menyambar kurban tersebut.

Qabil, sebagai seorang petani, mempersembahkan kurban berupa hasil bumi miliknya. Namun, hasil bumi yang ia persembahkan sangat buruk. Di sisi lain, Habil, sebagai seorang peternak, mempersembahkan kurban berupa seekor kambing terbaik yang dimilikinya. Persembahan mereka tersebut menggambarkan tingkat ketulusan dan keikhlasan. Habil tampak lebih ikhlas karena menyembelih kambing terbaiknya, sementara Qabil dengan tanaman buruk hasil panennya. Hal ini mengindikasikan bahwa Qabil kurang bertakwa dan tidak taat kepada Allah SWT.

Allah SWT menerima kurban Habil dengan menurunkan api untuk menyambar kurban miliknya. Namun, kurban yang dipersembahkan oleh Qabil tidak mendapatkan respon dari-Nya. Menyadari bahwa kurban Habil diterima sedangkan kurban Qabil ditolak, Qabil merasa iri dan tidak terima. Dipenuhi oleh emosi dan kecemburuan, Qabil mengambil sebuah batu besar dan memukulkannya ke kepala Habil hingga menyebabkan kematiannya.

Dalam penjelasan Syekh Fakhruddin al-Razi, Allah SWT menerima kurban Habil dengan menurunkan api, yang kemudian menjadi penyebab kematian Habil. Qabil membunuh Habil karena merasa iri dan dengki terhadapnya.

قَبِلَ اللَّه تَعَالَى قُرْبَانَ هَابِيلَ بِأَنْ أَنْزَلَ اللَّه تَعَالَى عَلَى قُرْبَانِهِ نَارًا، فَقَتَلَهُ قَابِيلُ حَسَدًا لَهُ

Artinya: “Allah ta’ala menerima kurban Habil dengan menurunkan api untuk menyambar kurban milik Habil. Kemudian Qabil membunuhnya karena merasa dengki.”

Dari kisah Qabil dan Habil, kita dapat belajar pentingnya niat yang ikhlas dalam segala hal, termasuk dalam berqurban. Kehadiran Qabil yang tidak menerima aturan dan kurban yang dipersembahkan dengan hati yang tidak ikhlas mengajarkan kita untuk senantiasa menguji dan memperbaiki niat kita dalam beribadah. Mari kita jadikan kisah ini sebagai pengingat bahwa qurban bukan sekadar ritual, tetapi sebuah kesempatan untuk mengasah kesalehan dan ketulusan hati kita. Semoga kita dapat belajar dari kisah Qabil dan Habil, dan dengan ikhlas serta memberikan yang terbaik, kita menjalankan ibadah qurban dengan penuh penghormatan kepada Allah SWT.

Dalam memilih tempat untuk berqurban, Masjid Manarul Ilmi dengan senang hati menerima hewan qurban dalam rangka perayaan Hari Raya Idul Adha 1444 H. Bergabunglah dengan kami dalam berqurban dan berkontribusi dalam menjaga nilai-nilai kesalehan dan ukhuwah sesama umat Muslim.

Latest News

  • Dzikir Pagi & Sore (14) : “Meraih Derajat Syuhada’ ”

    Riwayat Hadis & Terjemah الأذكار النووية – (1 / 82)227 – وروينا في كتابي الترمذي وابن السني بإسناد فيه

    16 Jul 2024
  • Belajar Dari Ummu Aiman rodhiyallohu ‘anha

    – وعن أنس – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ أَبُو بكر لِعُمَرَ رضي الله عنهما بَعْدَ

    11 Jul 2024
  • Dzikir Pagi & Sore (13) : “Solah, Najah & Falah”

    Dzikir Pagi & Sore (13) : “Solah,Najah & Falah”  Riwayat Hadis & Terjemah الأذكار النووية – (1 / 82)226

    09 Jul 2024