Menyambut Idul Adha bukan hanya sekedar perayaan, tetapi juga kesempatan berharga bagi umat Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui amalan-amalan sunnah yang memberikan keberkahan. Dalam artikel ini, kita akan membahas dua amalan sunnah yang akan membuatmu semakin bergairah menyambut Idul Adha: Puasa Tarwiyah dan Puasa Arafah.
Mengapa disebut Tarwiyah?
Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Tafsir Mafatihul Ghaib menjelaskan bahwa Tarwiyah adalah hari ke-delapan dari bulan Dzulhijjah yang memiliki makna berfikir atau merenung.
فَفِيهِ ثَلَاثَةُ أَقْوَالٍ أَحَدُهَا: أَنَّ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَمَرَ بِبِنَاءِ الْبَيْتِ، فَلَمَّا بَنَاهُ تَفَكَّرَ فَقَالَ: رَبِّ إِنَّ لِكُلِّ عَامِلٍ أَجْرًا فَمَا أَجْرِي عَلَى هَذَا الْعَمَلِ؟ قَالَ: إِذَا طُفْتَ بِهِ غَفَرْتُ لَكَ ذُنُوبَكَ بِأَوَّلِ شَوْطٍ مِنْ طَوَافِكَ، قَالَ: يَا رَبِّ زِدْنِي قَالَ: أَغْفِرُ لِأَوْلَادِكَ إِذَا طَافُوا بِهِ، قَالَ: زِدْنِي قَالَ: أَغْفِرُ لِكُلِّ مَنِ اسْتَغْفَرَ لَهُ الطَّائِفُونَ مِنْ مُوَحِّدِي أَوْلَادِكَ، قَالَ: حَسْبِي يَا رَبِّ حَسْبِيي. وَثَانِيهَا: أَنَّ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ رَأَى فِي مَنَامِهِ لَيْلَةَ التَّرْوِيَةِ كَأَنَّهُ يَذْبَحُ ابْنَهُ فَأَصْبَحَ مُفَكِّرًا هَلْ هَذَا مِنَ اللَّهِ تَعَالَى أَوْ مِنَ الشَّيْطَانِ؟ فَلَمَّا رَآهُ لَيْلَةَ عَرَفَةَ يُؤْمَرُ بِهِ أَصْبَحَ فَقَالَ: عَرَفْتُ يَا رَبِّ أَنَّهُ مِنْ عِنْدِكَ وَثَالِثُهَا: أَنَّ أَهْلَ مَكَّةَ يَخْرُجُونَ يَوْمَ التَّرْوِيَةِ إِلَى مِنًى فَيَرْوُونَ فِي الْأَدْعِيَةِ الَّتِي يُرِيدُونَ أَنْ يَذْكُرُوهَا فِي غَدِهِمْ بِعَرَفَاتٍ
Artinya: Ada tiga pendapat di balik penamaan hari Tarwiyah. Pertama, karena Nabi Adam Alaihis Salam diperintah untuk membangun sebuah rumah, maka ketika ia membangun, ia berpikir dan berkata: Tuhanku, sesungguhnya setiap orang yang bekerja akan mendapatkan upah, maka apa upah yang akan saya dapatkan dari pekerjaan ini?’ Allah Subhânahu Wa Taala menjawab: Ketika engkau melakukan tawaf di tempat ini, maka aku akan mengampuni dosa-dosamu pada putaran pertama tahwafmu. Nabi Adam memohon: Tambahlah (upah)ku. Allah menjawab: Saya akan memberikan ampunan untuk keturunanmu apabila melakukan tahwaf di sini. Nabi Adam memohon: Tambahlah (upah)ku. Allah menjawab: Saya akan mengampuni (dosa) setiap orang yang memohon ampunan saat melaksanakan tawaf dari keturunanmu yang mengesakan (Allah).
Kedua, sesungguhnya Nabi Ibrahim bermimpi ketika sedang tidur pada malam Tarwiyah, seakan hendak menyembelih anaknya. Maka ketika waktu pagi datang, ia berpikir apakah mimpi itu dari Allah atau dari setan? Ketika malam Arafah mimpi itu datang kembali dan diperintah untuk menyembelih, kemudian Nabi Ibrahim berkata: Saya tahu wahai Tuhanku, bahwa mimpi itu dari-Mu.
Ketiga, sesungguhnya penduduk Makah keluar pada hari Tarwiyah menuju Mina, kemudian mereka berpikir tentang doa-doa yang akan dipanjatkan pada keeseokan harinya, di hari Arafah.
Selain itu, Imam Nawawi menjelaskan penamaan Tarwiyah yang berasal dari makna bekal air.
لِأَنَّهُمْ كَانُوا يَتَرَوَّوْنَ بِحَمْلِ الْمَاءِ مَعَهُمْ مِنْ مَكَّةَ إلَى عَرَفَاتٍ
Artinya: Karena para jamaah haji membawa bekal dengan membawa air bersama mereka dari Mekkah ke Arafah.
Mengapa disebut Arafah?
Masih menurut Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Tafsir Mafatihul Ghaib, Arafah adalah hari ke-sembilan dari bulan Dzulhijjah. Menurut Ar-Razi, ada 8 alasan mengapa tanggal 9 Dzulhijjah disebut Arafah.
Pertama, hari itu adalah hari dipertemukannya leluhur seluruh ummat manusia, yakni Nabi Adam dan Ibu Hawa. Setelah keduanya diusir dari surga menuju dunia, keduanya berpisah sekian lama. Pertemuan pada hari itu menjadikan keduanya saling tahu (arafa) satu sama lain.
Kedua, saat malaikat Jibril mengajarkan tata cara ibadah haji kepada Nabi Adam, di tanah Arafah Jibril bertanya kepada Adam: apakah engkau sudah tahu? Nabi Adam menjawab: ya, sudah tahu. Oleh karena itu, hari itu dikenal dengan Arafah (tahu).
Ketiga, pada hari itulah Nabi Ibrahim mengetahui (Arafah) kebenaran akan mimpinya untuk menyembelih sang putra yang selama berhari-hari membingungkannya.
Keempat, malaikat Jibril mengajarkan tentang tata cara melaksanakan ibadah haji kepada Nabi Ibrahim, dan pada hari itulah Jibril membawanya menuju tanah Arafah.
Kelima, di hari itulah terjadi peristiwa dipertemukannya Nabi Ibrahim dengan anaknya (Nabi Ismail) dan istrinya (Sayyidah Hajar) di Makkah yang selama bertahun-tahun ditinggalkannya pergi menuju Syam.
Keenam, disebabkan peristiwa mimpi Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya (Nabi Ismail) sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
Ketujuh, pada hari itu orang yang sedang melaksanakan ibadah haji berhenti di tanah Arafah untuk melaksanakan wuquf.
Kedelapan, karena pada hari itu Allah memberitahukan (yata’arrafu) dan memberikan kabar gembira kepada orang yang sedang melaksanakan ibadah haji yakni berupa ampunan dan rahmat.
Keutamaan Puasa Tarwiyah dan Arafah
Kesunnahan puasa di Hari Tarwiyah ini adalah bagi orang yang tidak sedang berhaji. Sementara bagi yang sedang berhaji, maka Imam Nawawi menghukuminya makruh. Mengenai keutamaan puasa Tarwiyah, Imam Suyuti meriwayatkan sebuah hadis marfu’ dari Ibnu Abbas:
صَوْمُ يَوْمِ التَّرْوِيةِ كَفَّارَةُ سَنَةٍ وَصَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ
Puasa Hari Tarwiyah menghapus dosa satu tahun, dan puasa Hari Arafah menghapus dosa dua tahun (Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 7941).
Riwayat Hadis & Terjemah الأذكار النووية – (1 / 82)227 – وروينا في كتابي الترمذي وابن السني بإسناد فيه
PendahuluanDiskusi mengenai boikot dan demonstrasi dalam mendukung Palestina menampilkan berbagai pandangan yang menunjukkan pentingnya kedua tindakan ini. Artikel ini
– وعن أنس – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ أَبُو بكر لِعُمَرَ رضي الله عنهما بَعْدَ