Tahun 1997, Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi. Pada tahun yang sama Johny Yulfan lulus dari Teknik Sipil ITS. Dia memandang bahwa keadaan ini berdampak tidak menguntungkan pada bisnis dan karir bidang konstruksi. Sehingga dia tidak lama berkarir dalam bidang konstruksi, yang saat itu menekuni kontruksi rumah mewah. Selain itu, dia berhenti dalam karir bidang ini juga dikarenakan tidak teraplikasinya dengan baik keahlian dan ilmu yang telah dipelajarinya.
Johny mengambil jalan lain dalam berkarir, dia mulai mengikuti kursus-kursus internasional seperti, ISO 9001 dan OHSAS 18001. ISO 9001 berkaitan dengan system manajemen mutu dan OHSAS 18001 berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan system manajemen. Dalam dua kursus ini dia berhasil meraih certificate personal auditor dari IRCA (International Register of Certificated Auditors)
Dengan sertifikat tesebut dia melajutkan karirnya di suatu BUMN dalam bidang marketing. Lalu pindah ke bidang konsultan yang dia senangi. Seiring dengan pergantian jabatan dalam BUMN yang lebih bersifat politis dari pada karir, lulusan Teknik Sipil ini tidak betah lagi di BUMN.
”Pejabat tinggi di BUMN lebih bersifat politis dari pada karir. Sehingga berakibat pada perubahan struktur, bahkan sampai tingkat leader manager. Perubahan juga diikuti dengan perubahan visi dan misi perusahaan. Selain itu saya di promisikan ke bidang yang saya sudah tinggalkan, yaitu marketing.” terang Johny
Dia merasa harus melihat perubahan yang membuatnya tidak nyaman dan harus mengantisipasinya dengan cepat. Akhirnya dia mengambil keputusan untuk keluar dari pada terjebak dalam kebingungan. ”Saya memiliki beberapa teman yang bekerja di BUMN tersebut. Saat ini kondisi mereka bingung, mau meneruskan apa tidak,” tambahnya.
Sekarang Johny Yulfan aktif berkarir sebagai konsultan di PT Kokek, perusahaan konsultasi dan pelatihan berstandar internasional dan nasional. Hingga saat ini dirinya merasa nyaman berkarier di perusahaan tersebut.
Keahlian Johny dalam ISO 9001 dan OHSAS 18001 lebih berperan dari pada gelar ST-nya. Dengan pengalamannya tersebut, dia mengingatkan agar tidak terlambat untuk memiliki sertifikat. ”Jangan terlambat untuk memiliki sertifikasi personil yang menunjukan keahlian kita, terutama dari kursus-kursus internasional dan mulai mengenal standar-standar internasonal. Gelar akademik tidak terlalu menjamin, karena gelar tersebut sulit dipertanggung-jawabkan. Bukankah 3,0-nya ITS beda dengan 3,0-nya universitas lain?” imbuh Johny.
Selain itu, dia mendukung agar organisasi tidak hanya sibuk dalam urusan intern, terutama organisasi kerohanian. Karena dengan mengadakan kegiatan seperti ini yang bersifat umum dan berorientasi internasional, menurutnya akan menambah nilai untuk para anggota organisasi itu sendiri.(mac/sep)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti mengobarkan semangatnya dalam bidang riset. Melalui enam
Kampus ITS, ITS News — Tim Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) lagi-lagi membuktikan dirinya dalam
Kampus ITS, ITS News — Ketersediaan pakan ternak acapkali menjadi permasalahan yang dihadapi oleh para peternak di sekitar lereng
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan dasar. Untuk itu, tim Pengabdian