ITS News

Rabu, 02 Oktober 2024
15 Maret 2005, 12:03

ARIE: PENTINGNYA KEAHLIAN BAHASA ASING DAN KOMPUTER DI MASA DEPAN

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Arie Febry Fardheny atau biasa disebut Arie yang terdaftar sebagai mahasiswa pasca sarjana sejak tahun 2002. Ia akan merasakan suasana wisuda ITS yang pertama kali, sabtu (13/3). Pasalnya sebelumnya dia merupakan lulusan S1 Teknik Sipil Universitas Lambung mangkurat (UNLAM).

Arie adalah putra kedua pasangan O.A Likumahwa dan Meity Muntiyanie. Terlahir di banjarmasin, tepatnya pada 21 Februari 1979. Perawakannya besar, mungkin bila orang melihat sepintas tidak akan tampak bahwa ia adalah wisudawan cumclaude. Supel, ramah dan berwawasan luas itulah penilaian orang bila telah bicara dengan pria ini. Wawasannya yang luas ini didukung oleh hobinya di bidang komputer. Hampir sebagian besar program-program komputer mulai dari DOS sampai operanting sistem sekarang telah ia koleksi."Saya telah mengkoleksinya kurang lebih ada 1100 program,"terangnya.

Kepergiannya meninggalkan tanah kelahirannya ternyata membuahkan bangga buat kedua orang tuanya. Betapa tidak, dalam waktu 3 semester ia menyelesaikan 42 sks di program pasca bidang struktur dengan IP 3,81. bahkan orang tuanya sempat tidak percaya bahwa anaknya lulus dengan pujian.

Ditanya mengenai apa yang berpengaruh dalam kesuksesannya ini, Arie mengatakan bahwa kesuksesannya meraih prestasi akademis yang luar biasa ini sangat dipengaruhi oleh dukungan orang tua, dosen, dan juga teman-teman pasca. Mengapa teman-teman pasca juga berpengaruh? Hal tersebut dikarenakan seringnya terjadi diskusi antar mahasiswa untuk membahas permasalahan yang diberi dosen.

" Kalau kuliah di S2 kerja sama antar mahasiswa seperti belajar bersama atau diskusi sangat bermanfaat, di sana kita dapat saling bertukar pikiran membahas permasalahan yang diberikan dosen" ujarnya.

Selain itu, fasilitas di ITS yang menurutnya jauh lebih baik dari tempat asalnya juga berpengaruh, terutama perpustakaan pusat dan kecepatan akses internet yang terasa sangat bermanfaat baginya. Fasilitas itu sangat membantunya Dalam menyelesaikan tesisnya yang mengusung judul " Analisis Kerusakan Struktur Bangunan Beton Akibat Beban Dinamis Ledakan". Disamping harus membaca literatur di perpustakaan ia juga memanfaatkan akses internet untuk mencari referensi lain seperti jurnal yang bisa mendukung tesisnya yang dibimbing Prof. Ir. Priyo Suprobo,MS. PhD.

Selama menempuh kuliah di pascasarjana kegiatan Arie memang murni untuk studi. Maka tak heran jika sebagian mahasiswa beranggapan kalau ia bisa lulus cepat dengan IP tinggi. Dibandingkan dengan teman-temannya yang lain yang kebanyakan kuliah sambil bekerja mungkin ia jauh memiliki banyak waktu untuk belajar.

Anggapan itu diiyakan olehnya, " selama kuliah di S2 kegiatan yang saya lakukan memang murni untuk studi saya. Jadi memang benar bila anggapan orang seperti itu. dan saya sudah merasakan perbedaan itu" kata cowok yang sekarang juga masih terdaftar sebagai mahasiswa D3 teknik elektro ATPN Banjarmasin.

Arie juga menyinggung tentang perbedaan yang dirasakannya ketika masih kuliah S1 di UNLAM. Disana ia tidak hanya belajar tetapi ia juga dikenal sebagai aktifis organisasi, tak jarang ia menduduki jabatan ketua disetiap acara ataupun di organisasinya. Saat itu ia juga bekerja freelance di sebuah konsultan.

"Dulu setiap hari saya disibukkan berbagai aktifitas, pergi pagi pulang malam. Sesampai dirumah tidak mungkin lagi belajar, jadi satu-satunya cara untuk belajar saya pada waktu itu adalah dengan fokus saat dosen mengajar. Dan apabila ada ujian tak jarang sistem kebut semalam saya pakai" kenang Arie.

Walaupun disibukkan dengan banyak aktifitas, cowok yang pernah menyabet juara cepat tepat berbahasa inggris dan pelajar teladan se-Kabupaten Banjar ini dapat menyelesaikan program sarjananya dengan IP yang lumayan besar 2,97 dalam kurun waktu 4,5 tahun.

Perbedaan orientasi setiap mahasiswa dalam menjalankan kuliah menurut Arie telah menimbulkan semacam gep-gepan (blok). Mahasiswa yang ingin Ip nya bagus akan menghindar dari kegiatan organisasi, sedangkan mahasiswa yang larut dalam kegiatan organisasi tidak dapat lulus dengan IP bagus apalagi tepat waktu. Rupanya inilah yang menjadi salah satu dorongan arie untuk menjadi dosen di tanah kelahirannya sehabis wisuda.

"Meneruskan studi ke jenjang yang lebih tinggi itu pasti saya ingin. Tetapi setelah ini saya akan menjadi dosen di tanah kelahiran saya. Dengan jadi dosen saya harap saya dapat mematahkan gep-gepan itu," tegasnya pasti. Masih menurutnya, bekerja menjadi dosen adalah suatu pekerjaan yang menarik karena ia tetap dapat meluaskan wawasanya, dan ruang geraknya tetap luas. Disamping itu tantangan yang didapat lebih bervariasi.

Di akhir pembicaraan ia juga menekankan pentingnya semangat dalam belajar untuk mahasiswa, karena apabila ada kemauan pasti akan ada jalan. Pentingnya keahlian berbahasa asing dan komputer juga disinggungnya, karena menurutnya masa depan sebagai seorang engineer akan banyak dipengaruhi oleh dua keahlian itu. Dan kemampuan berbahasa asing sangat diperlukan karena buku-buku acuan yang bagus selalu berbahasa asing. Sedangkan keahlian komputer dibutuhkan karena di masa depan komputerisasi akan menggeser kemampuan hitung manual dalam suatu pekerjaan teknik. Pekerjaan yang diselesaikan dengan komputer akan jauh lebih cepat dan tepat. (M6)

Berita Terkait