ITS News

Jumat, 15 November 2024
15 Maret 2005, 12:03

Bahasa, Kendala Dan Masa Depan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Bahasa, masihkah menjadi kendala? Satu pertanyaan yang menggelitik. Dan jawabannya ada dua, ‘iya’ dan ‘tidak’. Iya, jika kita melihat betapa sulitnya memahami bahasa orang yang berasal dari belahan bumi lain yang memiliki bahasa ibu yang beda dengan kita. Dan tidak. Jika kita berkomunikasi dengan komunitas serumpun (Melayu) yang mempunyai akar bahasa sama.

Dan itu berlaku untuk mahasiswa ITS juga ternyata. Dalam suatu acara kuliah tamu (kultam) beberapa waktu lalu (17/02), perilaku itu terlihat nyata. Kultam yang menghadirkan pembicara dari luar ini, memaksa mahasiswa ekstra berpikir dan mencerna bahasa pengantar yang digunakan. Pada waktu itu, bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris, yang notabene telah dikenal oleh mahasiswa sejak duduk di sekolah lanjutan tingkat pertama. Namun, rata-rata dari mereka hanya dapat menangkap sepenggal-penggal dari materi yang diberikan. Untungnya, pihak panitia menyadari hal ini, dan menjembataninya dengan berusaha memberikan terjemahannya. Yang menjadi pertanyaan sekarang, seburuk itukah kemampuan bahasa mahasiswa ITS yang terkenal cerdas, ulet dan kreatif?

Harus diakui, mahasiswa ITS hanya mendapat pendalaman bahasa kedua (Inggris) pada tahap persiapan. Itupun tidak lebih dari tiga sks. Jumlah yang sangat minim memang. Dan selama ini, jarang sekali ada even-even yang mengarah pada penumbuhkembangan kemampuan berbahasa ini, seperti speech contest dan lain sebagainya.

Minimnya jumlah sks untuk bahasa, sebenarnya telah diantipati telah menyediakan sarana penunjang kemampuan berbahasa, salah satunya UPT bahasa. Dimana, di UPT ini, setiap mahasiswa ITS mendapat keringanan biaya untuk lebih memperdalam bahasa keduanya, entah itu bahasa Inggris, Perancis maupun bahasa Jepang. Dan lebih hebatnya lagi, hasil tes TOEFL UPT ini telah diakui secara internasional. Namun, ternyata hanya segelintir mahasiswa ITS yang benar-benar memanfaatkan jasa UPT ini, sungguh ironi memang.

Maka, bila nilai TOEFL 450 dicantumkan sebagai syarat kelulusan untuk tahun depan dan selanjutnya, saya rasa memang tak berlebihan. Dan patut mendapat dukungan penuh. Ini mengingat, kompetisi di dunia kerja yang terus meningkat, apalagi dengan dibukanya era pasar bebas, dimana sumber daya manusia tidak lagi hanya mengandalkan dalam negeri, tapi juga luar negeri. Dan….Akankah, lulusan ITS hanya menjadi tenaga kedua di negeri sendiri hanya karena keterbatasan bahasa?

Rini Sulis
Journalis ITS Online

Berita Terkait