ITS News

Jumat, 27 September 2024
15 Maret 2005, 12:03

BERBISNIS DENGAN HATI DAn HOBi

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dunia enterpreneur di Indonesia sedang marak. Berbagai seminar dan workshop tentang enterpreneur diharapkan bisa merubah paradigma masyarakat, bukan hanya mencari lapangan kerja, namun menciptakan lapangan kerja. "Seminar ini berupaya untuk mengubah paradigma mahasiswa yang biasanya mencari kerjaan menjadi berwiraswasta," kata David, ketua panitia Environmental Enterpreneur Moment.

Acara yang diadakan Sabtu dan Minggu ini (19-20/2), menghadirkan empat enterpreneur yang cukup terpandang di Surabaya. Mereka adalah Joko Sugiarto, Handoko Sulayman, H. Bangun Samodra, dan Titiek Winarti D.

Titiek Winarti Dharmawan, enterpreneur terakhir yang menjadi pembicara, memberikan pandangan yang cukup unik. Menurut Titiek, bisnisnya lebih pada rasa hati yang ingin bermanfaat untuk orang lain. Hal ini terbukti pada pegawai yang berkerja padanya.

Wanita yang pernah mendapat penghargaan pertama perusaha mikro Indonesia ini mempekerjakan puluhan tuna daksa untuk usaha yang digelutinya. "Jika yang dihitung untung rugi maka lebih untung menggunakan orang yang tidak cacat, karena suatu pekerjaan yang bagi orang tidak cacat bisa dikerjakan sendiri, bagi orang yang cacat butuh dua orang atau lebih. Dan bayaran untuk dua orang lebih mahal dari untuk satu orang," jelasnya.

Dia tidak setuju dengan kondisi bangsa Indonesia yang memanjakan (mengasihani) orang-orang cacat, khususnya tuna daksa. "Karena dengan itu, para tuna daksa menjadi manja. Sebagaimana yang terjadi jalan-jalan raya dimana mereka hanya bisa meminta sambil mengharap belas kasihan orang lain," jelas Titik. Dia juga menyatakan orang yang sudah seperti ini ‘sakit’ sehingga sulit diajak untuk berusaha karena sudah terbiasa dikasihani.

Menurut pemilik Tiara Handycraft ini, para tuna daksa yang bekerja padanya memiliki harga diri tinggi sehingga tidak mau hanya terus dikasihani. Mereka ingin dihargai sebagaima penghargaan yang diberikan kepada orang normal, seperti kesempatan untuk bekerja dan berkarya. Sehingga produk yang dihasilkannya pun dibeli orang bukan karena belas kasihan, namun karena kualitasnya.

Wanita yang akan menjadi wakil Indonesia pada pencanangan International Year Of Microcredit di markas besar PBB, New York 2005 ini mengakui hobi perlu diterapkan dalam memulai usaha. Kebetulan hobinya berkaitan dengan bidang tekstil dan kerajinan tangan yang mampu menyokong usaha yang dimilikinya.

Menurut Titik, hobi itulah yang bisa membangkitkan rasa senang sehingga bisa menyelamatkan disaat enterpreneur mengalami posisi tersulit dalam usahanya. Seperti usaha yang dimilikinya. Meski dimulai sebagai industri rumah tangga sekarang sudah bisa mengekspor produknya ke luar negri.

Dalam menghadapi masalah bisnisnya, seperti rugi, kehilangan pembeli, atau yang lain, ibu ini memberikan solusi agar menyerahkan semuanya pada Allah SWT. Titiek menambahkan, "Dengan memahami, jika itu memang rizqi pasti akan kembali, maka akan memberi motivasi yang bagus dan juga menghibur diri. Hal ini jauh lebih baik dari pada memikirkan dan menyesalinya".

Menurutnya, dunia enterpreneur meyakinkan bahwa nikmat Allah senantiasa ikut pada setiap orang yang berdoa. "Jika kita tidak berdoa, maka tidak akan dapat," tukas ibu dua orang putra ini. (mac/rin)

Berita Terkait