ITS News

Jumat, 27 September 2024
15 Maret 2005, 12:03

Cak Nun dan Kyai Kanjeng Turut Warnai Dies Natalis ITS ke-44

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Emha Ainun Nadjib atau yang biasa dipanggil Cak Nun, Rabu malam, (10/11) datang lagi ke ITS. Kali ini budayawan asal Jombang yang kondang dengan julukan Kyai mbeling ini tidak hadir untuk mengisi kuliah umum seperti pada tanggal 2 September silam melainkan datang bersama kelompok musiknya, Kyai Kanjeng, untuk sebuah konser bertajuk ‘Konser Seribu Bulan’ di taman alumni ITS berkenaan dengan rangkaian acara Dies Natalis ITS ke-44.

Suasana malam yang sebelumnya dingin berubah hangat dan semarak saat penampilan Kyai Kanjeng yang membawakan musik islami inovatif. Bahkan, kelompok ini mempunyai cara khas tersendiri untuk memberi selamat ulang tahun kepada ITS dan penghormatan kepada undangan yang hadir yaitu dengan melagukannya. Acara yang juga sebagai silaturahmi antara civitas ITS dengan masyarakat umum ini semakin akrab karena Cak Nun juga aktif mengajak penonton berdialog, tentunya disertai guyonan khas dan bahasa suroboyoannya.

Saat itu Cak Nun membahas mengenai pikiran manusia di dunia, budayawan ini mengatakan bahwa pada hakekatnya hidup manusia terdapat dua bagian yaitu petheng (gelap, red) dan padhang (terang, red). Kepada penonton Cak Nun mengajukan pertanyaan yang kelihatan mudah, yaitu saat ini kita berada pada bagian mana. Karena pada saat itu malam hari kebanyakan menjawab gelap. Cak nun membenarkannya. Namun sebenarnya yang dimaksud keadaan gelap adalah dimana saat manusia tidak mengetahui apa-apa, baik itu tentang masa depannya, sedangkan saat terang adalah saat dimana manusia mengetahui sesuatu. Perubahan keadaan dari gelap dan terang membutuhkan cahaya. "Cahaya adalah sesuatu yang mengubah manusia dari sengsara menuju kebahagiaan," ungkap Cak Nun.

Lalu, untuk memperjelas pemahaman penonton yang hadir, pimpinan Kyai Kanjeng ini mengajukan kembali beberapa pertanyaan, seperti, "Pak rektor sekarang menjabat, dia tidak tahu sampai kapan menjabat. Berarti Pak rektor dalam keadaan?,". "Petheng!," seru penonton. Cak Nun juga mengingatkan bahwa saat ini banyak manusia yang terjebak dalam memposisikan diri, "Cara berpikir manusia saat ini banyak yang menganut pikiran siang hari (terang, red), padahal sebenarnya mereka masih dalam ketidaktahuan, jadinya mereka saling tabrak," ujarnya.

Yang menarik, selain menampilkan alunan musik dari Kyai Kanjeng, Cak Nun juga membuka forum dialog dengan mendaulat kalangan birokrasi ITS yang diwakili Rektor ITS Prof Dr Ir Muhammad Nuh DEA dan tiga orang mahasiswa naik ke panggung. Topik pembahasan saat itu adalah mengenai PT BHMN. Dari pihak mahasiswa menngungkapkan kekhawatiran-kekhawatiran beserta alasannya apabila PT BHMN dijalankan. Sedangkan Pak Rektor menyampaikan alasan tentang perlunya direalisasikan PT BHMN di ITS.

Dari dialog ini, Cak Nun menengahi, bahwa terdapat dua pemikiran yang berbeda namun sebenarnya mempunyai tujuan yang sama. Dan hal ini menurutnya harus segera dicairkan. "Harus segera ditemukan pola interaktif untuk menghubungkan kedua pihak ini," tegas Cak Nun. Ia juga berpesan kepada Rektor agar lebih membuka sebanyak-banyaknya forum diskusi tentang rencana PT BHMN, tentunya melibatkan mahasiswa dan semua stakeholders ITS.

Hadirnya Kyai kanjeng ke ITS benar-benar membawa warna baru bagi civitas, selain bertujuan menanamkan dimensi spiritual di lingkungan akademis, seperti yang dikatakan Muhammad Nuh diawal sambutannya. Ternyata Kyai Kanjeng dengan Cak Nun dapat melumerkan kekakuan yang terjadi antara mahasiswa dengan petinggi ITS berkenaan dengan realisasi PT BHMN. Konser diawali dengan penampilan juara lomba shalawat Al Banjari yang diadakan panitia dies dan diakhiri dengan menyanyikan bersama-sama lagu Gebyar-gebyar ciptaan Gombloh.(asa/bch)

Berita Terkait