WTC lantai 1, ITS Online – Stan pameran mahasiswa PENS menjadi pusat perhatian pada hari pertama PIM. Stan yang menampilkan alat deteksi jantung, otot dan otak itu dipenuhi pengunjung. Kebanyakan dari mereka ingin menjajal kecanggihan alat tersebut. "Penasaran, ingin lihat jantungku sehat apa tidak," ujar Ardi dengan mimik penasaran.
Menurut Tedi, penjaga stan, alat deteksi tersebut bekerja dengan membaca denyut jantung seorang pasien. "Nantinya, di layar akan muncul semacam grafik," terangnya sambil menunjuk layar monitor di depannya. Analisa sinyal didasarkan pada grafik yang muncul di monitor.
Menurutnya, orang yang sehat dalam waktu enam detik akan menghasilkan tujuh sampai delapan gelombang. Namun, ada kalanya dalam waktu enam detik, gelombang yang terbaca kurang dari tujuh gelombang. "Berarti, ada penyempitan pada pembuluh darahnya," terang mahasiswa ini. Penyempitan itu bisa karena si pasien sering merokok, minum-minuman keras ataupun sering makan makanan berlemak.
Berbicara tentang keakuratan dari alat deteksi sendiri, Tedi mengakui, sulit untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Prinsip kerja yang menggunakan sinyal elektromagnetik merupakan salah satu penyebabnya. "Mudah sekali terganggu dengan sinyal lain, sinyal HP, umpamanya," ujar cowok ini serius.
Mengenai gangguan sinyal itu, pernah dibuktikan ketika uji coba di laboratorium. Sinyal yang tampil bagus di monitor ternyata berubah ketika HP yang diletakkan di sebelah alat deteksi tersebut berdering. "Jadi, sulit sekali kalau ditanya keakuratannya, apalagi di WTC yang merupakan basis telepon seluler di Surabaya," terang Tedi.
Namun setidaknya, alat deteksi tersebut bisa membantu untuk mendeteksi jantung, otak dan otot dari mereka yang ingin tahu kondisi kesehatannya. Apalagi untuk mencoba alat deteksi tersebut, sama sekali tidak dikenakan biaya apapun alias gratis.(rin/li)
Kampus ITS, Opini — Tamu baru telah hadir mengetuk setiap pintu rumah, ialah 2025. Seluruh dunia menyambutnya dengan penuh
Kampus ITS, Opini — Pemerintah berencana menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari sebelas persen menjadi 12 persen mulai
Kampus ITS, ITS News — Metode pengusiran hama konvensional menggunakan kaleng tidak lagi relevan dan optimal. Merespons permasalahan tersebut,
Kampus ITS, ITS News — Panel surya yang umumnya diletakkan di bagian atap bangunan menyebabkan posisinya sulit dijangkau untuk dibersihkan.