Pada tanggal 2 Oktober 2001 telah terjadi peristiwa yang merusak nama baik ITS, meruntuhkan citra pendidikan di Indonesia ke tingkatan yang lebih buruk lagi dan mencoreng nama baik mehasiswa Indonesia yang selama ini berperan sebagai agent of change, moral force dan iron stock yang beberapa waktu belakangan ini juga dikenal sebagai pahlawan reformasi. Peristiwa yang melibatkan massa itu dengan cepat menyebar ke seluruh Indonesia baik melalui media cetak maupun internet dengan tambahan bumbu-bumbu berita sehingga terasa lebih asyik untuk dibaca. Hal tersebut terasa kontras dengan apa yang terjadi sehingga terasa lebih asyik untuk dibaca. Hal itu terasa kontras dengan apa yang terjadi selama ini, mengapa setiap kegiatan-kegiatan yang terjadi di ITS sangat sulit untuk dipublikasikan di media massa sedangkan hal-hal yang berbau kekerasan sangat mudah untuk dipublikasikan dan dikonsumsi oleh masyarakat.
"Tawuran" adalah kata yang selama ini melekat pada pelajar baik SMU mapun SMP yang membuat kita mengelus dada dan tak habis pikir mengapa hal ini bisa terjadi. Kata tersebut baru-baru ini terjadi di ITS dan dilakukan oleh mahasiswa yang merupakan golongan intelektual muda institusi PTN ujung tombak Indonesia Timur, PTN yang selama ini menduduki peringkat 3 atau 4 besar perolehan nilai UMPTN terbesar di Indonesia. Mahasiswa yang selama ini mendengung-dengungkan anti kekerasan dan pro perdamaian ternyata telah melanggar ucapannya sendiri. Entah apa penyebab tawuran antara mahasiswa D3 Mesin dan Teknik Elektro. Yang jelas hal tersebut membuktikan bahwa mahasiswa lebih mendahulukan emosi daripada rasio untuk menyelesaikan suatu permasalahan dan hal itu tidak berbeda jauh dengan yang dilakukan oleh adik-adik kita pelajar SMU dan SMP.
Jika kita membuka hasil dari MUBES II ITS yang selama ini menjadi aturan tertinggi organisasi kemahasiswaan ITS dan lebih dikuatkan lagi di hasil MUBES III ITS yang baru-baru ini kita lalui yang melahirkan format keluarga mahasiswa ITS. Keputusan MUBES tersebut merupakan konstitusi dasar bagi seluruh anggota keluarga mahasiswa ITS. Hal itu merupakan konstitusi dasar bagi seluruh anggota keluarga mahasiswa ITS dimana kita akan menemukan kata "wawasan integralistik", yaitu kata yang selama ini didengung-dengungkan pada pengkaderan tingkat institut yang secara garis besar merupakan suatu wawasan yang memandang ITS sebagai satu kesatuan yang utuh dan memperkuat rasa kekeluargaan, kebersamaan dan persatuan meskipun latar belakang mahasiswa ITS itu berbeda-beda. Kalimat yang indah, menyejukkan hati sangat diidam-idamkan dan berusaha diwujudkan oleh mahasiswa ITS serasa terkubur kembali seiring dengan peristiwa tawuran dan belum lagi ditambah dengan peristiwa antara sebagian warga Teknik Elektro dan mahasiswa baru Teknik Industri yang belum terselesaikan secara tuntas.
Untuk permasalahan Teknik Elektro dan D3 Mesin beberapa waktu lalu telah diselesaikan dengan saling meminta maaf, namun hanya terjadi di tingkat perwakilan Himpunan. Bagaimana dengan kebencian antar warga kedua Himpunan tersebut? Tentu saja sampai sekarang masih menjadi tanda tanya dan saya secara pribadi sebagai mahasiswa ITS mengharapkan kebencian-kebencian yang ada selama ini turut dikubur bersamaan dengan runtuhnya nama baik institusi pendidikan ITS.
Beberapa peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu menjadi suatu tanda tanya besar, apakah format pengkaderan kita ada yang salah sehingga sebagian mahasiswa cenderung mengedepankan kekerasan dan emosi daripada diskusi dan rasio berpikir. Apakah pengkaderan kita hanya mengedepankan arogansi jurusan tanpa melihat kepentingan yang lebih besar bahwa mahasiswa jurusan adalah bagian yang tak terpisahkan dari mahasiswa Indonesia. Dan mahasiswa Indonesia adalah bagian yang tak terpisahkan pula dari masyarakat Indonesia. hal tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi kita bersama untuk mengkaji format pengkaderan dan implementasi pengembangan sumber daya mahasiswa yang terbaik untuk ITS.
Berkaitan dengan permasalahan yang terjadi antara Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro, Himpunan Mahasiswa D3 teknik Mesin dan Himpunan Mahasiswa Teknik Industri, maka SMITS (Senat mahasiswa ITS) sebagai lembaga normatif sebagaimana yang tertuang dalam ketetapan MUBES III ITS telah mengeluarkan surat keputusan No. 06/KPTS/SMITS/X/2001 yang memutuskan:
1. Memberikan peringatan keras kepada Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro agar kejadian serupa tidak terjadi kembali dan segara melakukan hal-hal sebagi berikut:
– meminta maaf kepada seluruh civitas akademika ITS ekses yang merugikan ITS
– melakukan upaya-upaya perbaikan nama baik ITS
– menindak tegas pelaku-pelaku tindak pelecehan dan kekerasan terhadap mahasiswa baru Teknik Industri
2. Memberikan peringatan kepada Himpunan Mahasiswa D3 Teknik Mesin agar tindakan-tindakan yang menyinggung jurusan lain tidak terjadi kembali dan segera melakukan upaya perbaikan nama baik ITS.
3. Kepada Himpunan yang bertikai segera melakukan upaya-upaya perbaikan hubungan yang melibatkan warga secara keseluruhan.
Semoga apa yang telah diputuskan SMITS dapat dijalankan oleh Himpunan yang didukung oleh warga secara sadar sehingga semangat integralistik yang kita impikan akan terasa lebih mudah untuk diwujudkan.
Kemabali lagi ke kata "tawuran", apakah kita nantinya ingin dicap oleh masyarakat sebagai "Institut Tawuran Sepuluh Nopember", tentunya tidak! Semoga lembaga pasca MUBES III ITS yaitu MKM ITS (Mahkamah Konstitusi Mahasiswa ITS) yang nantinya terbentuk tidak akan selalu menangani dan memberi sanksi pada mahasiswa ITS yang tawuran. Dan semoga kejadian 2 Oktober lalu merupakan tawuran terakhir kalinya dalam sejarah ITS. Semoga juga seluruh komponen yang ada di ITS baik mahasiswa maupun lembaga secara sadar mau berusaha untuk memperbaiki nama ITS.
Vivat ITS…!!!
* Nur Izzuddin (Pjs. Ketua Senat Mahasiswa ITS 2000/2001)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi