ITS News

Selasa, 01 Oktober 2024
15 Maret 2005, 12:03

Dua Kali Diwisuda, Dua Kali Cumlaude

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dengan indeks prestasi kumulatif sarjana 3,52 dan 3,85 pada program S2, gadis berkacamata minus kelahiran Surabaya 6 Januari 1980 ini mengatakan, apa yang diraihnya itu tidak terlepas dari kebiasaanya untuk bangun tengah malam melaksanakan salat malam dan belajar serta mengerjakan tugas-tugas. "Saya rutin bangun tengah malam, karena memang pada waktu itulah menurut saya waktu yang paling pas untuk belajar dan mengerjakan tugas," katanya.

Apa yang dilakukannya itu memang bukan tanpa alasan lain, tapi karena ia memang kuliah di jenjang S2 sambil bekerja di salah satu perusahaan AC di Surabaya. "Saya kerja Senin sampai Jumat, Sabtu dan Minggu saya gunakan untuk mengikuti kuliah S2 program eksekutif. Pada hari Senin sampai Jumat praktis tidak ada waktu luang untuk belajar dan mengerjakan tugas, karena setelah pulang kerja saya harus banyak-banyak berkomunikasi dengan Ibu yang tinggal sendirian karena adik di Malang dan Bapak di Jakarta," kata putri pertama wartawan senior Anshari Thayib ini.

Atas alasan itulah kemudian ia menyempatkan bangun tengah malam untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas kuliah. Apa yang dicari selama studi di S2? "Saya ingin menambah pengetahuan lebih tinggi lagi, karena keinginan terbesar saya sesungguhnya menjadi dosen untuk mengikuti jejak ibu yang menjadi guru. Syukur kini saya sudah diterima menjadi dosen pada penerimaan akhir tahun lalu," kata gadis berkulit putih yang punya hobi berdiskusi ini.

Alumni SMA 5 Surabaya ini kemudian mengungkapkan tentang pengalamannya mengajar di depan kelas selama ini. "Karena saya masih relatif baru dan muda ada banyak mahasiswa yang pada awal saya masuk kelas di kira temannya dan mengajak bercanda. Saya tidak kehilangan akal untuk mengatasinya, saya layani sepanjang masih pada batas-batas wajar dan tidak melanggar hubungan antara mahasiswa dan dosen," katanya.

Pernah demam panggung di depan kelas? "Selama ini tidak, meski ketika mengajar di Jurusan Teknik Mesin, misalnya, sebagian mahasiswanya adalah laki-laki. Ini karena saya sudah terbiasa berbicara di depan kelas saat menjadi mahasiswa yang kerap kali menggelar acara pelatihan atau training," katanya. (humas/bch)

Berita Terkait