Tak pelak lagi, Hermawan Kartajaya merupakan salah satu orang ITS paling sukses saat ini. Tidak hanya skala nasional namun juga internasional. Ibarat Bill Gates yang sukses setelah di-drop out oleh Harvard University, Hermawan juga meniti kesuksesan setelah ia memutuskan untuk keluar dari ITS.
Melalui kuliah singkatnya kemarin (25/03), Hermawan banyak bercerita pengalaman hidupnya semenjak keluar dari Teknik Elektro ITS. Kala itu, Hermawan merasakan kejenuhan kuliah di Teknik Elektro. Merasa kuliahnya teramat berat, Hermawan keasyikan bekerja ‘part time’ sebagai guru di SMU St. Louis. "Sebagai anak pegawai negeri yang miskin, saya harus memiliki penghasilan tambahan, lagi pula saya terlanjur menyukai profesi sebagai pengajar," kata Hermawan. Hal ini menyebabkan ikon marketing Indonesia ini akhirnya memutuskan keluar dari ITS.
Semenjak itu ia menempuh lagi pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Surabaya. Dengan latar belakang pendidikan teknik di ITS, ia mengaku amat mudah kuliah di jurusan yang sarat ilmu sosial. "Kalau orang teknik kuliah ekonomi pastilah mudah. Namun kalau sebaliknya pastilah orang itu tidak bakal lulus," kata Redaktur Ahli majalah bisnis Swasembada ini. Hermawan pun kerap kali bolos kuliah.
Setelah itu ia mulai merintis karir di bidang marketing. Karir pertamanya dimulai di PT. Panggung Musik Indonesia, di situlah ia banyak sekali mengenal dunia marketing. Ia juga sempat berkenalan dekat dengan Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos saat ini. "Pertemanan saya dengan beliau merupakan kedekatan seperti sahabat," ceritanya. Semenjak itu ia pun rutin menulis artikel marketing di Jawa Pos setiap minggunya.
Kemudian, Hermawan, masuk ke berbagai industri lainnya, termasuk menjadi direktur pemasaran. PT. H.M Sampoerna, salah satu produsen rokok terbesar di dunia. Pengalaman kerjanya sebagai guru, membuatnya tidak betah bekerja sebagai pegawai swasta. "Saya bukan tipikal orang yang suka diperintah dan memerintah," katanya beralasan.
Sebagai seorang guru, ia pun membuka konsultan marketing ‘Markplus & Co.’ di tahun 1989. Lembaga ini melakukan riset di bidang marketing dan memberikan saran strategis bagi organisasi bisnis. Semenjak itu pula ia rajin mengikuti kuliah singkat maupun kursus bertemakan marketing di luar negeri.
Beruntung, di era globalisasi saat ini marketing menjadi sesuatu yang sangat populer. Konsultannya pun akhirnya laku keras dan menjadi nomor satu di Indonesia. "Saya menyadari peluang itu semenjak lima belas tahun lalu," ujar Hermawan yang baru saja membuka cabang perusahaannya di Singapura.
ITS sendiri bagi Hermawan merupakan lembaga perguruan tinggi yang terkemuka di Indonesia. Beberapa karyawan Markplus & Co. berasal dari kampus ini. Ia pun meyakini ITS bisa berkembang lebih maju lagi jika ditangani dengan baik. "Satu hal yang harus dihindari ITS, yakni penyakit sombong," katanya mengingatkan. (ryo/Lin)
Kampus ITS, ITS News — Guna mendukung perkembangan inovasi arsitektur di Indonesia, Departemen Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Kampus ITS, ITS News – Tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (KKN Abmas ITS) terus
Kampus ITS, ITS News — Mengantongi sertifikasi halal kini menjadi suatu kewajiban bagi suatu usaha, tak terkecuali Usaha Mikro, Kecil,
Kampus ITS, ITS News — Sivitas akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berkomitmen untuk menorehkan prestasi gemilang di kancah