Kreasi tujuh mahasiswa Kimia FMIPA ITS ini boleh juga. Mereka membuat alat pengawet bakteri yang bila sewaktu-waktu ditambahi makanan (nutrisi), akan membuat bakteri yang sudah mati, hidup kembali.
Karya itu mampu menghemat biaya untuk sediaan bakteri dan nutrisinya hingga lima puluh kali. Dan, berarti pula memangkas biaya operasi laboratorium di ranah industri ataupun pendidikan.
Karya Adi Setyo Purnomo, Ira Ika Puspita, Sri Widya Astuti, Ody Parlindungan Pohan, Budi Susilo, Diana Safitri Yulianti dan Handoko Tri Prakoso ini menjadi salah satu finalis bidang PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) PIMNAS XV Mahasiswa) Teknologi mewakili ITS.
Dengan alat liofilisator, kandungan air dalam bakteri dihilangkan dengan alat pengering dingin (freeze dryer). "Air yang berada pada bakteri dijadikan es, baru diubah (di-sublim) menjadi uap," kata Adi, ketua tim.
Penguapan itu, lanjut alumnus SMUN 2 Surabaya ini, bisa terjadi karena perbedaan tekanan udara antara air pada bakteri yang akan diawetkan dengan alat liofilisator.
Lantas bagaimana bakteri yang sudah diawetkan bisa hidup lagi? "Pada suhu pengeringan dingin yang mencapai minus 80 derajat Celcius, enzim yang melakukan pembusukan –yakni proteolitik dan oksidoreduktase–menjadi tak aktif setelah seluruh molekul air menguap," jelas Diana.
Hasilnya, lanjut mahasiswi berjilbab dan berkacamata minus 3,75 itu, sewaktu-waktu bila dibasahi dan diberi nutrisi, bakteri bisa hidup kembali.
Selama ini, tambah Sri, di Indonesia belum ada yang membuat penelitian seperti yang mereka lakukan. Apalagi, temuan mereka itu berpotensi menghemat biaya, karena satu tabung nutrisi plus bakteri-nya "hanya" berharga sekitar Rp 75 ribu. Dengan karya yang hanya memerlukan waktu pembuatan empat bulan ini, makanan bakteri pun bisa dihemat.
Harga makanan bakteri (nutrient broth) yang dicampurkan di tabung reaksi bersama bakteri tergolong mahal. Bisa mencapai Rp 600 ribu untuk 0,5 Kg-nya. Sehingga, menurut hitung-hitungan mereka, pengawet bakteri temuan para mahasiswa ITS ini mampu menghemat makanan bakteri hingga 1/50-nya.
"Selain itu, kalau menggunakan ciptaan kami, tak perlu lagi melakukan pembiakan ulang bakteri yang rutin dilakukan laboratorium tiap dua minggu sekali," celetuk Adi.
Seberapa lama bakteri bisa diawetkan? "Bisa selamanya, asal tak kena air," ujar Ody tentang karya timnya yang dibimbing Dr Surya Rosa Putra MS dan didanai Dikti Rp 4 juta tersebut. (frd)
Kampus ITS, ITS News — Pemenuhan aspek transportasi merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan kota baru seperti
Kampus ITS, ITS News — Himpunan Mahasiswa Diploma Sipil (HMDS) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menggelar Diploma Civil
Kampus ITS, ITS News — Insititut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menorehkan prestasi di bidang konstruksi bangunan. Kali ini,
Kampus ITS, ITS News — Masih dalam rangkaian kegiatan Czech – Indo Friendship Exhibition 2024, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)