ITS News

Jumat, 15 November 2024
15 Maret 2005, 12:03

HUJAN, MENGAPA KINI MENJADI SEBUAH KEKHAWATIRAN?

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Hari itu mendung. Saya mendengar percakapan dua orang ketika menanti giliran dicukur di kios pangkas rambut langganan saya. Dua orang itu masing-masing tukang pangkas, dan seorang lagi adalah pasiennya. Dengan logat jawatimuran yang kental, pasien yang sedang dicukur itu berkata, "Mas, hujan sekarang malah nggak ‘diarep-arep’ kedatangannya lagi,ya?" Tukang cukur langganan saya langsung menjawab, "Iya, padahal sebenarnya hujan itu ‘paringane’ Gusti Allah yang paling besar keberkahannya!"

Dalam hati, saya turut membenarkan apa yang diomongkan kedua orang itu. Saat ini hujan malah menjadi saat yang paling dikhawatirkan orang kebanyakan. Hujan deras sebentar saja kita sudah ketar-ketir. Wah, bagaimana nanti kalau banjir. Ini apalagi kalau kita berada di Surabaya.

Kekhawatiran itu memang bukan suatu yang biasa. Setidaknya dalam beberapa bulan ini, hujan seolah menorehkan beberapa kenangan pahit buat kita. Desember lalu – lima hari seusai Idul Fitri – kita dikejutkan berita jatuhnya korban di Padusan Air Panas di Pacet, Mojokerto. Jatuhnya korban itu, konon akibat longsornya lahan bukit yang memang tepat berada di salah satu sisi pemandian itu. Sekali lagi, pemicu tragedi itu adalah hujan, terlepas dari kondisi wilayah bukit yang sudah gundul.

Lain lagi cerita di Surabaya, 28 Desember lalu. Baru empat jam dilanda hujan, beberapa jalan di kota ini – diantaranya Jl. Opak, Mayjen Sungkono, Musi, Dr. Soetomo dan Diponegoro- sudah terendam air hingga selutut ( Jawa Pos, 28 Desember 2002). Akibat banjir itu pula ada sebatang pohon yang tumbang hingga menimpa sebuah mobil. Memang tidak ada korban jiwa, tetapi kejadian-kejadian "kecil" ini layak dicermati.

Bagaimana dengan ITS? Ternyata kampus teknologi ini pun tak luput dari hal banjir.Banjir sudah beberapa kali menggenangi ITS. Ini mengidentikkan ITS dengan sebutan kampus rawa. Namun, selama menempuh studi di sini, saya belum pernah "merasakan" banjir ketika masa kuliah aktif. Wah, saya tidak bisa membayangkan bagaimana nantinya harus ‘mencincing’ celana panjang agar tidak kena air yang menggenang.

Mengapa hujan kini makin membuat was-was? Tentu saja ini bukan salah hujan. Ini adalah salah kita, salah manusia. Hujan bisa menjadi bersahabat manakala kita juga bersahabat dengan alam. Dalam Alquran sendiri sudah dijelaskan bahwa kerusakan di muka bumi itu diakibatkan oleh tangan-tangan manusia (QS. Ar Rum: 41)

Menebang hutan lindung sekehendaknya adalah satu contoh perbuatan tidak bersahabat. Atau, contoh kecil yang sering kita lupakan adalah membuang sampah pada tempatnya. Dan masih banyak contoh lain yang dapat memicu banjir. Memang, butuh kesadaran bersama agar lingkungan sekitar tetap terjaga.

Semoga kelak hujan benar-benar menjadi suatu anugerah kita nanti-nantikan.

TAUFIK HARIYADI
jurnalis ITS Online

Berita Terkait