ITS News

Rabu, 20 November 2024
15 Maret 2005, 12:03

Kaderisasi Menemui Jalan Buntu

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Untuk keempat kalinya, pertemuan tentang kaderisasi antara pihak birokrasi dengan mahasiswa dilaksanakan, Jum’at kemarin (4/7). Pertemuan kali ini sebagai pertemuan final. Sekaligus sebagai jembatan antara pihak birokrasi dengan mahasiswa. Pada pertemuan sebelumnya, pihak birokrasi hanya diwakili oleh Pembantu Rektor III, bidang kemahasiswaan dan kerjasama, Dr.Ir. Ahmad Jazidie,MEng . Namun, pada pertemuan terakhir tersebut hadir juga Rektor ITS, Dr.Ir. Mohammad Nuh, DEA. Pertemuan yang dilangsungkan pada pukul 13.30 dibuka oleh Ahmad Jazidie. Yang dilanjutkan penjelsan Rekor ITS mengenai format kaderisasi yang diberi tajuk Pola Pengembangan Potensi Mahasiswa (P3M).

Dalam paparannya, Rektor ITS mengharapkan pendekatan yang dilakukan bukan lagi dikotomi dan diskriminatif, akan tetapi lebih diarahkan kepada pendekatan rasional, realistik dan ‘measurable’. "Karena mengingat mahasiswa adalah produk utama ITS dan kegiatan mahasiswa merupakan cermin kualitas kampus, maka diharapkan nantinya kegiatan pengkaderan mampu mengeksplorasi talenta dan potensi mahasiswa yang tetap dibungkus oleh nilai-nilai yang berlaku," jelas dosen yang pernah belajar di Perancis ini.

Selain itu, Rektor ITS juga menaruh harapan besar pada kaderisasi mahasiswa terhadap kualitas lulus ITS nantinya. "Dengan diadakannya pengkaderan, saya mengharapkan nantinya lulusan ITS mempunyai basis akademik, moral etik dan kemampuan profesional yang tinggi. Sehingga akan terbentuk kharakteristik lulusan dari ITS adalah seorang yang jujur, punya komitmen yang tinggi dan kemampuan komunikasi yang baik.Selain itu kemampuan yang tidak kalah pentingnya untuk dimiliki oleh seorang lulusan ITS adalah kemampuan sebagai pengambil keputusan, professional dan pelayan masyarakat,"ungkapnya.

Setelah memberikan sambutan, Pak Nuh meninggalkan ruang pertemuan dan dilanjutkan oleh Ahmad Jazidie untuk membahas agenda yang telah direncanakan. Pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, mahasiswa telah diberi pilihan waktu pelaksanaan pengkaderan, yakni 4 S + 4 M (4 sabtu plus 4 minggu, red). "Dengan kesepakatan hari Sabtu dilaksanakan 8 jam sedangkan Minggu dilaksanakan setengah hari. Dan sebelum memasuki hari efektif perkuliahan, anda meminta 2 hari untuk pelaksanaan percobaan pengkaderan sesuai dengan format yang telah kita sepakati, tanpa kekerasan, penugasan dan intervensi warga (mahasiswa yang tidak termasuk elemen kepanitiaan, red). Belum termasuk pelaksanaan camp dan pra LKMM. Selain itu, pengkaderan yang anda lakukan akan kami monitoring dengan ketat. Jika terjadi penyimpangan, anda bersedia menerima sangsi," demikian penjelasan dari Ahmad Jazidie.

Namun, lanjut dosen jurusan Teknik Elektro ini , pihaknya telah mempertimbangkan jika pelaksanaan pengkaderan dengan jumlah jam yang sama, akan tetapi pelaksanaannya dilaksanakan 4 hari sebelum hari efektif kuliah, ditambah 1 S + 1 M pada awal perkuliahan. "Karena dari data yang kami dapatkan, prestasi mahasiswa cenderung menurun ketika mengikuti proses pengkaderan, apalagi dengan penugasan yang banyak menyita waktu. Pikiran mahasiswa baru terpecah, dan tidak bisa fokus memikirkan kuliah,"jelasnya.

Tawaran tersebut langsung dikomentari oleh banyak mahasiswa, yang pada intinya mereka menolak pelaksanaan 4 hari penuh sebelum perkuliahan dilaksanakan. "Baiklah, seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, saya akan memberikan anda waktu untuk berdiskusi mempertimbangkan tawaran saya ini. Pada pukul 16.00 saya akan kembali, dan saya harap kebulatan suara dapat kita dapatkan nantinya," tegas Ahmad Jazidie sebelum meninggalkan ruangan untuk memberi waktu berunding mahasiswa.

Dengan segera, mahasiswa mendiskusikan tawaran tersebut. Dan jawaban dari masing-masing jurusan yang diwakili oleh ketua jurusan dan atau ketua departemen PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia) dan BEM menyatakan menolak. Hanya ada dua jurusan yang mengatakan abstein, karena menurutnya pengkaderan adalah hak otoritas dari jurusan, jadi tidak perlu campur tangan pihak rektorat.

Tepat pada jam yang disepakati, pertemuan kembali dilanjutkan dan salah satu wakil mahasiswa, diwakili oleh elemen BEM, menyampaikan hasil diskusinya. "Dari hasil diskusi kami, kami sepakat untuk menolak tawaran Bapak jika pelaksanaan pengkaderan dimampatkan pada awal sebelum pekuliahan berlangsung,"terangnya

Ini berarti pertemuan ini tidak menghasilkan kesepakatan."Saya ucapkan selamat kepada pihak-pihak yang dengan sengaja ingin melanggengkan ketidak harmonisan hubungan antara mahasiswa dan rektorat. Sekali lagi saya ucapkan selamat kepada anda yang dengan sengaja melanggengkan hubungan ini, terima kasih," ungkap Ahmad Jazidie, kemudian meninggalkan ruangan sidang. Ungkapan PR III tersebut (sekali lagi) menunjukkan bahwa kegiatan pengkaderan di ITS adalah ilegal. Sambil persiapan meninggalkan ruangan sidang, para mahasiswa berjabat tangan satu sama lain sebagai tanda independensi.(IwY/rom)

Berita Terkait