ITS News

Minggu, 29 September 2024
15 Maret 2005, 12:03

Kapal Hidrofoil Karya Dosen ITS; Lebih Cepat, Lebih Irit

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Satu lagi, sebuah karya lahir dari kampus ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) Surabaya. Kali ini adalah kapal boat yang diciptakan oleh Dr Ir Wisnu Wardhana MSc, dosen hidrodinamika Fakultas Teknik Kelautan.Yang menarik, salah satu bagian dari kapal itu menggunakan sayap pesawat terbang.

Kapal tersebut sudah diujicobakan di Bendungan Karangkates, akhir Desember tahun lalu. "Hasilnya, selain mampu berjalan lebih cepat (80 km/jam), kapal ini juga lebih irit," kata Wisnu, bangga.

Kemarin, dia mengajak Jawa Pos untuk melihat dari dekat kapal boat rancangannya. Kapalnya sengaja disimpan di garasi rumah. Panjang keseluruhannya 5 meter, dan lebarnya 1,4 meter.

Di bagian bawah kapal boat itu terdapat rangkaian besi setinggi 0,5 meter. Menempel di besi itu, sayap pesawat terbang yang terbuat dari alumunium khusus. Wisnu menyebut karyanya ini kapal hidrofoil.

Bagian terunik dari kapal ini adalah penggunaan sayap pesawat terbang yang dipasang di bagian bawah kapal. Di bagian depan, dipasang tiga sayap. Satu yang panjangnya 90 cm, berada 0,5 meter di bawah kapal. Kemudian dua sayap lainnya masing-masing panjangnya 70 cm.

Bahan sayap itu adalah NACA 16. "Ini seperti yang biasa dipakai untuk sayap pesawat supersonik. Hanya saja, kalau untuk pesawat lebih sering dipakai NACA 12. Tapi, bentuknya tetap sama saja," ujar pria kelahiran 4 Desember 1958 ini.

Bentuk kapal ini memang aneh. Kapal boat yang biasanya terbuat dari fiber glass, oleh Wisnu dibuat dari alumunium. Bentuknya memang belum rapi, karena Wisnu lebih mementingkan sistem hidrofoil dari kapal ini ketimbang desain kapal.

Sepintas, mirip kapal bercadik. Bedanya, kalau kapal bercadik, sayapnya berada di samping. Sedangkan kapal hidrofoil ini sayapnya berada di depan dan belakang kapal.

Ketika diujicobakan di Bendungan Karangkates akhir Desember tahun lalu, kapal dengan mesin berkekuatan 40 PK ini mampu melaju 80 km/jam. Awalnya, bagian dasar boat menyentuh air. Saat berjalan, pelan-pelan kapal boat terangkat ke atas air. Sehingga, bagian dasar kapal boat itu tidak lagi menyentuh air. Yang terendam hanya sayap pesawat yang berada di bagian paling bawah.

Dengan posisi seperti itu, menurut Wisnu, kecepatan kapal bisa 1,5 kali lebih cepat dari kapal sejenis. Karena lebih cepat, penggunaan bahan bakar pun lebih irit 50 persen. "Konsep kapal ini memang untuk efisiensi," kata lulusan New Castle University ini.

Ide membuat kapal, menurut Wisnu, berawal saat dia melihat kapal jenis ini yang dimiliki TNI AL. Hanya saja, kata Wisnu, TNI AL masih mengimpor kapal ini dari luar negeri. Harganya mencapai ratusan juta rupiah. "Saya hitung-hitung, kapal ini bisa dibuat dengan biaya murah, hanya Rp 30 juta – Rp 40 juta," jelasnya.

Kapal ini jika dikembangkan bisa dipakai untuk kapal penumpang dan kapal boat perang. Menurut Wisnu, kapal ini bisa sangat efektif dan efisien untuk penyeberangan ke pulau-pulau kecil. "Bisa juga untuk penjaga pantai," katanya.

Jika dipakai untuk kapal boat perang, kata Wisnu, juga sangat cocok. Misalnya, saat menyerang, posisi kapal ini bisa lebih tinggi, sehingga untuk membidik sasaran akan lebih mudah. Jika diserang balik, posisi kapal bisa dibuat lebih rendah, sehingga menyulitkan lawan menyerang.

Penelitian yang dilakukan Wisnu ini merupakan riset unggulan yang dibiayai oleh Menteri Riset dan Teknologi (Menristek). Untuk membuat kapal ini, dibutuhkan waktu 1 tahun lebih. Sebenarnya, kata dia, membuat kapal ini hanya butuh waktu 3 bulan. "Yang bikin lama adalah menghitung komponennya," terang Wisnu.

Wisnu masih akan mengembangkan kapal ini dengan menambahkan sensor otomatis di bagian sayap kapal ini. Sensor otomatis ini untuk mengatur gelombang air yang menghempas kapal. "Kalau ada sensor otomatis ini, maka guncangan kapal bisa diminamilisir," imbuhnya.(tomy c. gutomo)

Berita Terkait