ITS News

Jumat, 27 September 2024
15 Maret 2005, 12:03

Kiat Sukses Menembus Dunia Kerja

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Seminar yang berjudul "Optimalkan Potensi Diri, Modal Menembus Dunia Kerja" ini diselenggarakan oleh BEM PENS ITS yang bekerjasama dengan Nasma Potenza Development. Organisasi ini bergerak di bidang jasa konsultasi di Surabaya.

Hadir sebagai pembicara dalam acara ini adalah dua orang alumni PENS yang kini bekerja di sebuah perusahaan IT, Adam Bachtiar dan Dani Kurniawan. Selain itu, hadir pula Dra Dwi Hargiyanto Psi M.Si dari John Robert Powers. Selain berbagi cara untuk bisa menembus dunia kerja para pembicara juga bercerita tentang masa kuliahnya dahulu dan tips-tips agar bisa bekerja dengan baik. Para peserta yang sebagian besar mahasiswa PENS ini sangat antusias terhadap penjelasan mereka.

Deni Kurniawan ketika kuliah di jurusan tenaga listrik PENS menyadari bahwa jika hanya mengandalkan kemampuannya saja, ia pasti sulit mencari kerja. Ini akhirnya yang memotivasi Deni untuk belajar pemrograman sebagai nilai tambah. "Sering saya tidak ikut kuliah karena belajar komputer di rumah," jelasnya. Berkat kemahirannya di bidang ini, ia bisa diterima bekerja sebelum lulus. "Menurut saya ijasah itu perlu dalam mencari kerja tapi bukan hal yang utama" jelas Deni.

Kedua pembicara yang sama-sama berasal dari PENS ini mengaku bahwa budaya di dunia kerja berbeda dengan ketika masa kuliah. Meskipun lingkungan kerja itu berisi orang se almamater. "Di tempat saya bekerja itu kebanyakan alumni ITS. Meskipun begitu dalam bergaul caranya sudah berbeda. Kalau dulu bisa bebas bercanda sampai istilahnya ‘plorotan celana’ sekarang tidak sebebas itu lagi," jelas Deni yang pernah tinggal di Australia ini. "Memang kita masih bias bercanda tapi di depan costumer kita juga harus menjaga image," tambah Adam.

Menurut Dewi, umumnya bagian paling penting dalam melamar pekerjaan adalah surat lamaran dan saat interview. "Surat lamaran itu seperti mewakili diri kita," jelas alumnus Psikologi Unair ini. "Terkadang kita perlu membuat surat lamaran yang berbeda. Bila ada surat lamaran yang berbeda tentu pihak perusahaan akan berhenti sejenak dan memperhatikan surat lamaran kita itu," lanjutnya.

Tahapan selanjutnya yang menentukan adalah interview. "Banyak hal yang harus diperhatikan, mulai dari cara masuk ruangan gaya bicara hingga kebiasaan kecil seperti gerakan tangan. Selain itu kita juga harus punya pengetahuan tentang perusahaan itu dan produk produknya," jelas Dewi yang mengambil S2 di UGM ini.

"Namun bila yang melakukan perekruitan bukan perusahaan itu sendiri tapi suatu konsultan khusus maka yang biasanya menentukn adalah tes psikologi," jelas Dewi. Dalam tes psikologi ini buasanya yang dinilai adalah grafik kita dalam menjawab soal. "Grafik yang menurun menunjukkan kondisi psikis kita yang lemah. Karena itu usahakan agar grafik kita tidak turun drastis," jelas ibu tiga anak ini.

Dewi yang juga dekat dengan SAC (Student Advisory Center) ITS ini mengakui bahwa kualitas mahasiswa ITS bagus dalam hal intelegensia. "Namun sayang, anak ITS kurang mampu menjual kemampuannya, sehingga kurang bersaing didunia kerja" jelasnya.

Bila gagal dalam mengirim lamaran, para pembicara ini menganjurkan untuk tidak mudah putus asa. "Saya sendiri sudah mengirim 70 surat lamaran sebelum akhirnya ada yang diterima," terang Deni. Sementara itu, Dewi menyarankan agar kita juga mengevaluasi surat lamaran kita. "Biasanya kita langsung memakai surat lamaran lama kita tanpa melihat kepada perusahaan apa lamaran itu ditujukan," ujarnya serius.

Lebih lanjut, bila sudah diterima bekerja, hendaknya berusaha menyukai pekerjaan itu, melakukannya dengan profesional, terutama dalam masa percobaan pada bulan-bulan pertama bekerja. "Jangan sampai nantinya kita pindah-pindah pekerjaan seperti kutu loncat," ujar Dewi mengakhiri pembicaraan (rif/tov)

Berita Terkait