ITS News

Jumat, 15 November 2024
15 Maret 2005, 12:03

Krisis SDM di Teknik Perkapalan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sejak awal tahun 2003 Indonesia sudah dinyatakan sebagai kawasan perdagangan bebas. Karena itu pangsa pasar di negara ini pun banyak dimasuki perusahaan-perusahaan asing. Dalam hal ini diperlukan sekali pekerja yang memiliki SDM berdaya saing tinggi. Kita semua tahu bahwa Indonesia termasuk negara dalam tahap perkembangan sehingga penduduknya mudah sekali terbawa arus global. Itulah salah satu penyebab mengapa angka pengangguran di Indonesia tergolong tinggi. Dilema tersebut sudah lama sekali dirasakan oleh negara kita dan anehnya sampai saat ini belum berkurang sama sekali bahkan semakin meningkat.

Peningkatan angka pengangguran tersebut meresahkan berbagai pihak, termasuk civitas akademik yang kebagian memproduksi calon-calon pengusaha maupun pekerja. Sebagai contoh obyeknya yaitu ITS. Dari segi akademik, PTN ini meraih posisi ketiga dalam urutan hasil SPMB kemarin. Itu penilaian yang dilakukan secara ranking , artinya yang diambil sampel nilainya adalah jurusan-jurusan favorit yang memiliki passing grade tinggi. Tidak heran kalau ITS bisa mencetak peringkat tersebut, karena memang sejak dulu, beberapa jurusan itu sudah terkenal berisi manusia-manusia berotak Einstein.

Lalu bagaimana nasib beberapa jurusan lain yang juga bernaung di bawah nama almamater ITS? Kalau menurut pandangan masyarakat awam, siapapun yang bisa kuliah di ITS sudah dianggap bermasa depan cerah. Padahal fenomena yang terjadi disini tidak semuanya benar seperti pandangan mereka itu. Sebut saja jurusan Teknik Perkapalan yang akhir-akhir ini tengah diguncang isu-isu kurang enak didengar telinga, apalagi yang sekarang sedang menempuh kuliah di jurusan ini.

Memang masa-masa kejayaan jurusan tertua di FTK ini sudah berlalu. Dan sekarang harus menghadapi problematikanya yaitu kualitas para mahasiswanya, khususnya yang mau lulus dan yang sudah lulus, mau mencari kerja. Apa mereka siap menghadapi dunia kerja dengan segala seluk-beluknya? Tentunya yang bisa menjawab hanya diri mereka sendiri, yang mampu mengukur SDM sebagai bekal untuk maju ke medan pertempuran dunia kerja.

Meskipun begitu, pihak jurusan juga mempunyai beban moral terhadap alumninya karena kampus sebagai tempat menggodok calon-calon sarjana. Jadi peran dosen sangat vital dalam hal ini. Kualitas dosen pun patut diperhatikan, bagaimanapun juga nasib mahasiswa sebagian tergantung pada dosennya. Fakta yang ada sekarang,para lulusan susah mendapatkan lapangan kerja. Padahal lapangan pekerjaan untuk bidang ini, bila di daftar lumayan banyak juga lho. Kalau sudah terjadi begini, siapa yang seharusnya disalahkan?

Jawabannya terserah pembaca, tergantung bagaimana menilai diri Anda sendiri.

Ambar Rena Dewanti
Tim peduli pendidikan di ITS
Reporter ITS Online

Berita Terkait