ITS News

Jumat, 15 November 2024
15 Maret 2005, 12:03

Kualitas versus Biaya (2)

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Empat Kuadran
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana mungkin tanpa biaya, kualitas pendidikan akan meningkat? Memang, sebagai sebuah syarat rukun, dana tetap penting. Persoalannya, bagaimana dana-dana yang dibutuhkan sedemikian besar itu bisa proporsional dibebankan kepada masyarakat?

Melihat fakta di lapangan, sesungguhnya ada empat kuadran di masyarakat kita yang ingin menikmati pendidikan. Kuadran pertama adalah mereka yang memang berasal dari masyarakat kaya dan pandai. Mereka yang berada di kuadran itu tentu tidak ada persoalan dalam memilih lembaga pendidikan.

Kedua, mereka dari golongan masyarakat kaya tetapi tidak pandai. Hal itu juga tidak masalah. Sebab, dengan finansial yang dimiliki, mereka bisa leluasa memilih lembaga pendidikan yang memang khusus disiapkan untuk meningkatkan local genius pada diri tiap-tiap individu yang biasanya memang membutuhkan biaya besar.

Kuadran ketiga, mereka yang pandai tetapi tidak memiliki finansial yang memadai. Pada kuadran ini, muncul persoalan. Sebab, secara keilmuan, mereka mampu. Tetapi, secara finansial, mereka menemui kendala. Itulah yang harus diperhatikan lembaga-lembaga pendidikan untuk memberikan alokasi dana secara khusus yang bukan bersifat program insidental, tapi harus menjadi program yang menjadi satu kesatuan (built-in) dalam pengelolaan manajemen pendanaan lembaga pendidikan.

Di situlah sesungguhnya gejolak serta kritik masyarakat tentang tingginya biaya pendidikan seharusnya mendapatkan jawaban. Persoalannya, dari mana lembaga pendidikan menyiapkan bantuan-bantuan tersebut?

Tentu, jawabnya adalah dari upaya penggalangan dana-dana masyarakat yang dilakukan secara proporsional. Artinya, mereka yang mampu memang sudah sewajarnya membayar lebih tinggi, sedangkan yang nyata-nyata memang tidak mampu harus benar-benar diberi dispensasi khusus. Sangat tidak adil mereka yang kecukupan secara finansial harus membayar sama dengan mereka yang nyata-nyata tidak mampu secara finansial tetapi punya kepandaian.

Keempat, mereka yang miskin dan tidak pandai. Bagaimana menjawabnya? Pemerintah harus memberikan perhatian secara khusus dan maksimal. Sebab, hal itu memang merupakan tanggung jawab pemerintah seperti yang diamanatkan dalam undang-undang dasar.

Tiga Kelompok
Secara garis besar, ada tiga kelompok yang memang harus bertanggung jawab sekaligus dilibatkan dalam pembiayaan pendidikan. Kelompok pertama, pemerintah yang melalui tekanan komitmen politiknya secara bertahap harus memenuhi 20 persen dari APBN dan APBD untuk anggaran bidang pendidikan.

Kedua, perusahaan atau institusi yang diminta untuk menyisihkan hasil keuntungannya di bidang pendidikan. Dan, hal tersebut bisa dilakukan jika perusahaan atau institusi telah menyisihkan sebagian keuntungannya itu dengan memberikan insentif terhadap pemotongan pajak (tax deduction).

Ketiga, kelompok masyarakat yang memang melalui kesadaran penuh harus bisa menerima pentingnya kontribusi pembiayaan pendidikan melalui skema proporsional.

Jika ketiga kelompok tersebut berfungsi secara harmonis, tingginya biaya pendidikan tak perlu dipersoalkan lagi. Sebab, hal itu secara proporsional memang harus diterapkan semata-mata untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Tentu saja dibutuhkan kesadaran semua pihak, baik pemerintah, perusahaan atau institusi, maupun masyarakat. Melalui kesadaran terhadap posisi serta fungsi yang harus dikerjakan dan peran yang harus dimainkan, kiranya, persoalan tingginya biaya pendidikan akibat tuntutan untuk meningkatkan kaulitas pendidikan akan menemukan jawaban.

Penulis :
Mohammad Nuh
Guru Besar dan Rektor ITS

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Kualitas versus Biaya (2)