"Ramadhan, salah satu tujuannya adalah mempertajam emosi dan hati nurani," demikian disampaikan Rektor ITS, Dr. Ir. Muh. Nuh, DEA, dalam acara buka puasa bersama rektorat dan ormawa ITS. Acara yang digelar di perpustakaan lt.2 hari Jum'at (14/11) kemarin mengundang seluruh elemen ormawa yang ada di ITS mulai dari himpunan mahasiswa, unit kegiatan mahasiswa ( UKM ), LM dan juga BEM.
"Diadakannya acara semacam ini adalah untuk menciptakan kedekatan antara mahasiswa dengan lembaga-lembaga yang mewadahi mereka yaitu ormawa, juga untuk menjalin kedekatan dengan pihak rektorat," ungkap Pembantu Rektor III, Dr. Ir. Achmad Jazidie, M Eng.
Sementara itu, mewakili ormawa ITS, sekjen BEM, Muammar Kadafi menyampaikan pentingnya kebersamaan dan persatuan dalam suatu organisasi tak terkecuali ITS. "Sebentar lagi, kita akan memasuki suatu masa kepemimpinan yang baru dalam BEM. Maka, harapan kami adalah kepemimpinan yang baru ini mampu berbuat lebih baik dan lebih banyak, serta mampu untuk tetap mempertahankan persatuan," ujar Kadafi.
Selain membuka acara, Pak Nuh juga berkesempatan untuk menyampaikan siraman rohani disela waktu menanti adzan maghrib. "Manusia itu dibekali 3 instrumen dasar yang harus selalu diasah, yaitu indra, rasio dan hati nurani. Dan seringkali masalah yang muncul dalam kehidupan kita itu bermuara pada hati nurani. Namun, manusia menyelesaikannya tidak dengan hati nurani, tapi dengan rasio atau bahkan dengan indera. Ya, tentu saja tidak akan terselesaikan masalahnya," tutur Nuh mengawali.
Untuk itu, Nuh menyampaikan beberapa cara menghidupkan hati nurani. "Pertama adalah melepas sifat takabur dan sombong. Kedua, perbanyaklah istighfar dan jangan terlalu sering menyalahkan orang lain. Yang ketiga, lapisi hati nurani dengan sering mengucap Yaa Allah, Yaa Rahman, Yaa Rahim, Irhamnaa," lanjut Nuh.
Selain itu, mantan direktur PENS ITS itu juga menceritakan pengalamannya ketika menjumpai seorang yang menurutnya sangat berjiwa besar. "Dulu ketika saya menjenguk seorang sopir ITS, tapi sekarang sudah almarhum, yang diucapkan pertama kali adalah kalimat Alhamdulillah. Dia bilang kalau belum pernah sakit yang seperti itu sebelumnya. Kala itu, penyakitnya kanker dan terlambat diketahui," kata Nuh.
"Setelah itu, apa yang dikatakannya. Dia bilang, Alhamdulillah saya diberi sakit seperti ini, semoga ini bisa menebus dosa-dosa saya yang dulu," tutur Nuh menirukan kata-kata sopir itu.(sept/Lin)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memperkuat nilai-nilai toleransi dan harmoni di tengah keberagaman
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) resmikan Computer
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih
Kampus ITS, ITS News — Tak henti-hentinya, tim riset Nogogeni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi dalam ajang