Penampilanya rapi. Sepintas terlihat seperti seorang dosen. Namun saat ketemu, Yoyok, nama panggilan I Gusti Ngurah Purusha, mengaku masih mahasiswa. "Saya mahasiswa angkatan 97," akunya saat mulai memperkenalkan dirinya.
Perlu diketahui, pada bulan April nanti jurusan arsitektur akan mengirim dua mahasiswanya, I Gusti Ngurah Purusha dan Erlita , ke Bangkok dalam "Work in Architect". Kegiatan ini merupakan undangan dari School of Asumption University. Pada kesempatan itu juga kedua mahasiswa tersebut akan mempresentasikan makalahnya
Menurutnya, hal ini sungguh mengembirakan. Karena dari sekian mahasiswa arsitektur hanya dipilih dua mahasiswa saja, salah satunya Yoyok. Dia terpilih kemungkinan nilai TA yang berjudul "Music Center" mendapatkan nilai A."Saya sendiri pun tidak tahu, kalau akan mewakili jurusan Arsitektur ke Bangkok", terang mahasiswa yang gemar terhadap musik ini.
Meski demikian, TA yang berjudul "Music Center ini perlu di ajungi jempol. Pasalnya, bangunan tersebut akan memberikan wadah bagi kalangan seniman untuk lebih berapresiasi khususnya dalam bidang musik. Karena selama ini para seniman kurang mendapatkan tempat untuk bertukar pikiran dengan sesama seniman. "Dengan adanya bangunan ini maka dalam satu tempat mereka dapat melakukan berbagai aktivitas, seperti , pendidikan musik, berbelanja di toko penjual alat-alat musik, atau mendengarkan konser", jelasnya.
Memang apa yang digambarkan dalam TA ini hanya sebatas idea, tambahnya. Tetapi tak tertutup kemungkinan hal ini dapat terealisasikan nantinya. Untuk itulah dia berharap agar pihak pemerintah atau swasta bersedia menjadi pengelolanya. "Kalau di luar negeri bangunan seperti ini sudah ada beberapa tahun yang lalu", katanya.
Sedangkan dalam rancangannya, Yoyok mengambil lokasi di sekitar kawasan Gubeng. Alasanya, tempatnya memudahkan untuk dijangkau oleh pengunjung karena kawasan ini berada di pusat kota. Selain itu, bangunan "Music Center" ini menjadi salah satu daya tarik daripada bentuk-bentuk banguan yang ada disekitar daerah tersebut."Inilah yang kami namakan kosabentuk, adanya berbagai bentuk dalam satu kawasan, sehingga nantinya akan memberikan nilai arsitektur yang beraneka ragam", jelas mahasiswa yang mempunyai rambut cepak ini.
Tidak cukup itu saja. Agar suasana dalam bangunan tersebut sesuai dengan namanya, maka setiap pengunjung dapat mendengarkan berbagai musik kontemporer. Baik itu musik klasik, rock, pop dan beberapa jenis musik lainya. Sedangkan untuk musik tradisonal tidak termasuk dalam bangunan ini. "Musik tradisional kan banyak, sedangkan tempat yang ada dalam bangunan ini terbatas. Jadi kami tidak memasukan unsur musik tradisonal didalamnya", kata Yoyok lagi.
Idea pembuatan TA ini berasal dari ketertarikannya dalam bidang musik. Karena selama ini dia merasakan kalau ingin menonton musik harus ke sebuah gedung. Padahal gedung itu kurang layak untuk sebagai konser musik tertentu. Orang belajar musik ke sekolah musik yang jaraknya cukup jauh dari pusat kota. Atau membeli peralatan musik tetapi hanya menjual peralatan musik tertentu saja. Kesemua permasalahan ini semua dijadikan satu dalam bangunan "Music Center". Berbekal inilah kemudian mahasiswa, yang mempunyai motto buat segalanya lebih baik dengan menjadi lebih baik lagi, mencari literatur dari berbagai majalah, buku sampai internet. Dan dalam tempo satu semester hal itu sudah kelar semuanya. "Penyelesaian design bagunanan ini tidak terlalu lama, namun untuk surveynya yang cukup lama", tuturnya mengakhiri pembicaraan kami.(rom/rif)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi