Apakah orang tua anda sering berpesan kepada anda,"Nak, sekolahlah yang benar, dapatkan nilai terbaik supaya dapat ranking. Agar kelak dapat bekerja di perusahaan yang bagus, atau paling tidak jadi pegawai negeri, enak ada uang pensiunnya."
Tidak jarang memang orang tua yang berpesan kepada anak-anaknya demikian, hal ini tidak lain dikarenakan kecilnya resiko yang ada jika anda memutuskan untuk bekerja di sebuah perusahaan dan menjadi seorang karyawan atau menjadi seorang pegawai ngeri. Namun apakah keputusan tersebut dapat menjamin kemerdekaan finansial anda? Tentu saja dengan demikian anda akan semakin banyak membayar pajak dan mengeluarkan uang untuk berbagai keperluan. Dan lebih parahnya lagi, anda akan dibayar jika dan hanya jika anda bekerja. Sehingga yang ada hanyalah pola pikir untuk bekerja lebih keras guna mendapatkan penghasilan lebih.
Ternyata ada juga jalan yang berbeda 180 derajat dengan ungkapan tadi, networking. Apa yang menarik dari program ini? Banyak sekali, salah satunya, ia tidak membutuhkan dana banyak, bahkan sama sekali. Bagaimana caranya?
Saat ini banyak sekali hal yang menghambat orang menuju kesuksesan. Lima alasan utama hambatan untuk menjadi mandiri adalah ketakutan akan kehilangan uang, sifat sinisme/pengecut, kemalasan (WIIFM: What's In If For Me), kebiasaan buruk dan arogan (ego plus kebodohan).
Kemudian, apakah solusi untuk mengatasi hal itu? Ada banyak sekali untuk dapat menjawab pertanyaan ini. "Saat ini kuliah tidak banyak membantu untuk mengatasi hal itu. Sangat bodoh jika hanya mengandalkan kuliah tetapi mengharap banyak dari situ untuk masa datang," jelas Kresnayana Yahya, dalam bedah buku Rich Dad's in the Bussiness School. "Sekolah dan kuliah hanya mengajarkan definisi-definisi tanpa menunjukkan apa itu sebenarnya. Tak heran jika kemudian banyak sekali mahasiswa kita yang banyak protes karena tidak dapat menembus beberapa perusahaan. Jelas mereka tidak dapat menjelaskan sesuatu, mereka hanaya tahu dari buku," tambah Kresnayana yang dosen Statistik ITS.
"Ada 12 mata pelajaran bisnis kehidupan nyata, sikap terhadap kesuksesan, keahlian memimpin, keahlian berkomunikasi, keahlian manusia, mengatasi ketakutan pribadi, keraguan dan tidak percaya diri, mengatasi rasa takut terhadap penolakan, keahlian management uang, keahlian berinvestasi, keahlian perbertanggungjawaban, keahlian managemant waktu, penentuan tujuan/cita-cita dan sistimatisasi. Apakah kuliah kita mengajarkan mata pelajaran tersebut?" tanyanya kepada peserta.
"Tidak, kita hanya dibekali 10% dari mata pelajaran tersebut, sisanya harus kita cari sendiri. Caranya? Anda harus bisa menyeimbangkan kemampuan mental, emosional, fisik, dan spiritual kemudian mengoptimalkannya." tambahnya. "Anda tahu? 50% komunikasi antar manusia dipegang oleh visual atau fisik, 35% oleh emosi, 10% oleh kata-kata dan 5% oleh variabel lain, diantaranya trust."
"Karenanya bangunlah networking sekarang juga, hasilnya tidak harus anda rasakan saat itu juga. Bisa jadi beberapa bulan atau mungkin beberapa tahun mendatang. Namun dari networking inilah, teman saya yang baru lulus dari fakultas kedokteran dan belum dapat ijin praktek dikenal masyarakat,hanya karena ia memutuskan untuk ikut secara sukarela membantu korban banjir di Situbondo. Di sana ia diminta untuk menyunat 400 anak. Luar biasa, dari sana ia mendapatkan pengalaman yang tidak mungkin ia dapatkan dari bangku kuliah, disamping itu otomatis banyak sekali orang yang mengenal dia sebagai ahli sunat, sungguh suatu awal yang bagus. Padahal ia tidak mengeluarkan uang sepersenpun untuk mendapatkan hal itu," ceritanya.
Di akhir pembicaraannya, beliau berpesan agar sedapat mungkin kita mulai membangun jaaringan kita dengan learning oriented, bukannya money oriented.
Setelah pembicara tuntas membedah bukunya Robert T Kiyosaki, acara yang dimoderatori oleh Bapak Achmad, Kepala Perpustakaan Pusat ITS, sebagai moderator mlanjutkan dengan session tanya jawab. Sebelumnya beliau memberikan beberapa ringkasan akan buku tersebut, "Putuskanlah untuk membuat suatu perubahan, dan jika sudah mulai merasa tidak nyaman ubahlah arah." (u-d/li)
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan