ITS News

Jumat, 15 November 2024
15 Maret 2005, 12:03

Penjajahan Ekonomi Abad 21

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Penjajahan secara nyata saat ini sudah tidak dimungkinkan lagi. Bukan karena bangsa yang lemah tidak bisa dibodohi lagi, namun karena persepsi HAM yang sedemikian kuat mengakar di setiap negara. Akhirnya, penjajahan secara fisik sudah tidak mungkin dilakukan dunia barat.

Namun, kemerdekaan yang negara-negara berkembang miliki bukan berarti kemerdekaan secara penuh. Lihat saja negara kita dengan utang yang menumpuk 130 trilyun. Bekerja keras dua puluh tahun pun takkan terlunasi. Itu pun dengan asumsi KKN mendekati angka nol. Sesuatu yang mustahil tentunya.
Sebenarnya, jelek-jeleknya negara ini pun kita patut syukuri. Beruntung ladang minyak Indonesia tidak sebesar Irak. Pastilah Indonesia dimasukkan juga dalam poros setan Amerika.

Jika zaman dulu Indonesia dipaksa menjual hasil buminya hanya kepada VOC, kini penjajahannya sudah berbentuk modern. Pemaksaan penggunaan mata uang USD sebenarnya sudah termasuk dalam kategori penjajahan.

Menurut analisa ekonomi. Setiap negara yang mengedarkan uang, wajib memiliki cadangan emas sebagai bentuk penjaminan nilai nominal uang yang dikeluarkan tersebut. Semua negara masih menganut paham ini, kecuali AS. Dengan kekuatan ekonomi globalnya, mereka menggantungkan nilai mata uangnya terserah kepada pasar. Jadi sebenarnya, setiap lembar USD yang dipegang oleh warga non AS tidak memiliki penjaminan secara ekonomi dari pemerintah AS sendiri. Oleh karenanya jika nilai mata uangnya jatuh, bisa dikatakan AS semiskin negara-negara Afrika.

Pada dasarnya kekuatan USD terletak pada kepercayaan pasar terhadap kestabilannya. Kestabilan inilah yang diatur oleh Bank Sentral Amerika. Bank Sentral berusaha keras agar nilainya tetap tinggi walaupun pada dasarnya USD hanyalah kertas biasa belaka.
Jadi wajarlah, jika Uni Eropa sepakat membuat mata uang Euro, sebagai tandingan permainan kelas tinggi Amerika.

Hal ini tampak jelas mengapa pemerintah AS dalam menjalankan perang Irak berani menganggarkan Rp. 675 Trilyun tanpa merasa berat. Irak sendiri pun bisa diojadi diserang karena menolak penggunaan USD sebagai alat tukar minyak yang dijual semenjak Euro mulai diperkenalkan kepada dunia. Jadi bisa disimpulakan perang Irak merupakan upaya negara Irak untuk lepas dari upaya penjajahan terhadap negaranya sendiri. Apakah logis sati barel minyak ditukar dengan tiga lembar 10 USD yang sebenanrnya hanya bernilai 15 sen saja.

Ariyo Wibowo J
Jurnalis ITS Online

Berita Terkait

ITS Media Center > Opini > Penjajahan Ekonomi Abad 21