Persaingan mencetak kader-kader bangsa yang mumpuni masih tetap dipertahankan oleh seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia. Baik PTN maupun PTS saling berlomba-lomba menarik perhatian calon mahasiswa yang berniat mencari ijazah melalui bangku perkuliahan. Hanya berburu gelar Sarjana saja sudah dianggap modal untuk mengisi berbagai lowongan pekerjaan.
Dalam satu dekade terakhir ini, aura beberapa jurusan di ITS makin meredup. Pandangan saya ini didasarkan pada kenyataan tentang kualitas input dan output dari jurusan tersebut. Padahal nilai jual almamater ini boleh dibilang termasuk kategori tinggi di pasaran dunia kerja. Ketimpangan antara image yang melekat itu dengan kondisi sekarang sudah berubah meskipun tidak seluruhnya.
Sejak masuk PTN ini, tidak jarang pula saya mendengar gosip dari komunitas luar ITS seputar hal-hal yang dipaparkan diatas. Dan yang paling memprihatinkan adalah masalah nasib alumni kita yang kurang mujur dalam kancah dunia kerja. Begini komentar yang sering saya temui, "Meskipun lulusan ITS,belum tentu cepat dapat kerja." Nah kalau memang itu fakta bukan sekedar isapan jempol saja, artinya ada yang kurang beres dengan pendidikan disini. Apa benar begitu?
Diawal tulisan ini disinggung masalah persaingan antar Perguruan Tinggi. Saat ini image PTS sudah mulai naik. Terbukti ketika mendekati tahun ajaran baru. Meskipun pada awal tahun ajaran baru, ujian masuk PTN masih tetap diburu calon mahasiswa tetapi tidak sedikit pula yang memilih langsung PTS favoritnya.
Hal itu saya lihat dan dengar sendiri. Banyak keluhan dan kekhawatiran yang tersirat dari wajah mereka. Perasaan khawatir itu muncul terhadap PTN kita ini. Mereka kurang setuju akan lamanya masa studi yang harus ditempuh serta sulitnya mencari pekerjaan sesudah lulus nanti. Bagi orang yang berpikiran ingin cepat kerja, mengapa tidak kuliah saja di PTS yang notabene katanya cepat lulus itu? Toh saat ini biaya yang dikeluarkan untuk kuliah hampir sama dengan biaya kuliah di PTN. Lagi pula jaman sekarang yang paling diperlukan adalah networking alias banyak koneksi. Tanpa koneksi, peluang cepat kerja kecil.
Sementara banyak orang sibuk menjalin networking yang luas, pihak institusi juga sibuk membenahi sistem pendidikannya hingga salah satu visi dan misi ITS yaitu image building terus disosialisasikan ke masyarakat luar.
Sebenarnya rumor-rumor yang terlanjur beredar di lingkungan masyarakat awam itu bisa diatasi dengan menyiasati waktu studi selama itu. Ada banyak kesempatan selama studi yang bisa dimanfaatkan untuk memperluas jaringan. Tapi kembali lagi ke individu masing-masing. Bila mereka bisa mengelola waktu yang dianggap lama itu dengan baik,insyaallah akan banyak ilmu kehidupan yang dapat dipetik.
Jadi sekarang balik ke persoalan Sumber Daya Mahasiswa itu sendiri. Apa hanya akan berpangku tangan melihat fenomena yang sedang dihadapi di era modernisasi dan globalisasi ini? Bukankah kreativitas otak selalu dituntut agar bisa survive di jaman serba gila ini.
Ambar Rena Dewanti
Journalis ITS Online
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi