ITS News

Selasa, 12 November 2024
15 Maret 2005, 12:03

Perlunya, Perangkat Perlindungan HKI

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Mencermati bahwa di lingkungan perguruan tinggi sebagai instansi pendidikan yang paling banyak menghasilkan suatu riset maupun penelitian. Hasilnya pun berkualitas tinggi dengan disertai inovasi serta kreativitas dari dosen (sebagai pengajar), maupun juga dari mahasiswa itu sendiri.

Namun, bila menengok perangkat hukum di Indonesia dalam perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual (HKI) terbilang masih sangat kurang, sehingga hal ini perlu solusi tepat untuk melindungi hasil 'reseach university' tersebut.

Semua itu terangkum dalam seminar sehari Hak Atas Kekayaan Intelektual bertema "Usaha Perlindungan Terhadap Hasil Penelitian dan Kreativitas Sebagai Faktor Pendukung Research University" yang diselenggarakan oleh Himatekk (Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia) hari sabtu (10/5).

Dalam kegiatan ini, pembicara yang hadir Dr. I. Daniel M. Rosyid, Phd (pembantu rektor IV ITS)dan Dr. Ir. Suprapto, M. Eng (ketua sentra HAKI ITS), dan Prof. Dr. Ir. Supeno Djanali, Msc(pembantu rektor I ITS) tapi tidak dapat hadir karena pihak panitia gagal menghubungi beliau.

Menurut Daniel, agar dapat menghasilkan produk yang dapat berkompetisi dan survive di dunia usaha didalam maupun luar negeri, perlu adanya 'Uniqe Produk'. "Sebab dengan produk yang unik, para produsen sulit untuk memproduksinya. Akibatnya, hanya kita lah sebagai pengahasil produk tersebut," jelas pembantu rektor IV seraya beranjak dari tempat duduknya.

Seperti, halnya ITS yang mempunyai laboratorium Migas. Tentunya, ini sangat dibutuhkan oleh perusahaan minyak di Indinesia. "Oleh karenanya, 'Reseach university' migas dapat dilakukan oleh ITS yang perlu untuk dilindungi," tegas Daniel.

Demikian pula, yang disampaikan oleh Suprapto, "Suatu penelitian itu sangat perlu adanya suatu perlindungan," ujarnya. Sebab hal tersebut sangat penting dalam menjawab tantangan, persaingan yang semakin tajan dalam globalisasi dan liberalisasi saat ini, tambah ketua Sentra HAKI ITS ini.

"Sebab 2003, Indonesia akan dihadapkan oleh permasalah rumit ini. Bila tidak dilindungi, maka hasil riset yang sudah kita bangun akan tidak menghasilkan pengakuan produk yang berkualitas bagus dan juga sebagai sumber royalti atas hak paten tersebut oleh peneliti."terangnya

Dipaparkan pula, bahwa faktor penentu keunggulan suatu produk dari negara, "Faktor inovasi dan kreativitas, networking tangguh yang sangat mempengaruhi produk yang dapat dipatenkan," ungkap pria kelahiran Besuki ini.

Tidak lain, lanjutnya, bila suatu produk memiliki faktor ini maka dapat kompetitif di dunia usaha, selain itu juga masih didukung oleh tingkat teknologi yang sudah canggih dan riset-riset lain yang dapat menunjang produk tersebut sebagi studi banding. "Kiranya perlindungan hak akan kekayaan inteletual di Indonesia segera dapat ditegakkan dengan sebagaimana mestinya," harap Suprapto. (mut/rom)

Berita Terkait