"Saya dilahirkan dan dibesarkan di kota Malang," ucap wanita yang selalu berpenampilan sederhana dan bersahaja ini mengawali ceritanya. Sejak 56 tahun lalu, tepatnya 2 Februari 1946, Bu Happy, panggilan Prof.Ir. Happy Ratna Sumartinah Santoso,MSc.PhD., telah diasuh oleh eyangnya bersama tiga saudaranya. Karena kedua orang tuanya berada di Bandung.
Berkat didikan sang eyang yang displin. Beliau tidak mempunyai banyak waktu luang untuk bermain seperti teman-temanya. Kesibukan bermain diganti menjadi kesibukan memasak di dapur. "Eyang selalu bilang; percuma wanita yang mempunyai pendidikan tinggi kalau tidak bisa memasak," tutur ibu yang mempunyai dua putra dan istri dari Ir. Mas Santoso,MSc.PhD yang juga dosen di Jurusan Arsitektur ITS.
Tidak hanya itu, beliau sejak kecil mempunyai bakat menggambar. Nilai pelajaran mengambarnya selalu mendapat 8. Maka tak heran ketika kelas 4 SD beliau sudah mempunyai cita-cita ingin menjadi seorang arsitek. Tampaknya keinginan ini timbul setelah melihat orang tuanya juga seorang arsitek, alumni Jurusan Arsitektur ITB.
Akhirnya pada tahun 1975 beliau menjadi sarjana Arsitektur angkatan pertama di ITS. Bersamaan dengan itu beliau juga diangkat menjadi dosen Jurusan Aristektur ITS. Tahun 1980 meneruskan kuliah di University of New South Wales, Australia. Dan menyelesaikan gelar Doktoral tahun 1988 di University of Queensland, Australia.
Berkaitan dengan pemilihan bakal calon rektor, Beliau hanya mengucapkan; "Bagaimana saya hanya bisa memajukan ITS," katanya ketika menjelaskan mengenai misi beliau menjadi bakal calon rektor. Meski dirinya tidak menyangka akan lolos seleksi hingga masuk 5 besar.
Beliau mempunyai keinginan agar ITS nanti mampu menjemput bola ke instansi baik itu tingkat nasional maupun internasional. Karena banyak potensi ITS yang masih belum digali. "Kalau ini kita lakukan niscaya kenaikan SPP mahasiswa tidak bakal terjadi," ungkap wanita yang pernah memperoleh penghargaan Best Research Award Winner dari SEAMEO Jasper, 1999.
Dengan berprinsip bekerja dengan jujur, beliau ingin memberikan contoh kepada bawahannya. Kesan yang ingin ditonjolkan rasa saling keterbukaan. Ini yang kini sedang beliau galakkan di jurusan Arsitektur saat ini. "Kalau di Jurusan Arsitektur saja bisa, mengapa di ITS tidak," tegasnya. (rom/bch)
Kampus ITS, Opini — 20 tahun telah berlalu sejak Tsunami Aceh 2004, tragedi yang meninggalkan luka mendalam sekaligus pelajaran
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) senantiasa menguatkan tekadnya untuk membentuk generasi muda yang prestatif
Kampus ITS, ITS News – Perayaan Natal merupakan momen istimewa bagi umat kristiani yang merayakan kelahiran Tuhan Yesus Kristus.
Kampus ITS, ITS News — Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menggelar pameran karya mahasiswa yang