ITS News

Sabtu, 31 Agustus 2024
15 Maret 2005, 12:03

Puruhito: Rektorat kini bisa dijangkau

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

"Semoga dalam sesi kali ini dapat menjembatani antara pihak rektorat dengan mahasiswa, mengingat selama ini rektorat terkesan tidak bisa dijangkau dan sering berbenturan dengan mahassiwa," ujar moderator, Airlangga Prima Satria membuka sesi seminar dengan tema ‘Paradigma Baru Peran Mahasiswa Menuju indonesia yang Bermartabat’.

Hal tersebut langsung di ralat oleh Prof Dr Puruhito, "Sekarang suasananya sudah berbeda, rektorat kini sudah bisa dijangkau. Saya bersyukur menjabat pada zaman ini," kata dokter spesialis ini. Kemudian, ahli bedah jantung ini mengungkapkan perbedaan zaman lalu dengan sekarang, dikatakannya pada zaman dahulu sebelum reformasi rektorat memang susah dijangkau dan terkesan tertutup. "Kalau dulu, lihat buku daftar pejabat rektorat pasti akan tertawa. Bayangkan setelah jabatan pembantu rektor masih ada pembantunya pembantu rektor," katanya sambil tersenyum.

Rektor ke-11 Unair ini mengatakan tantangan rektor di era globalisasi ini teramat berat, mengingat posisi competitive Indonesia di dunia masih teramat rendah. Antara lain, rektor dituntut untuk mendapat pengakuan internasional dari gelar-gelar akademis, persaingan dari program-program yang ditawarkan oleh perguruan tinggi serta lapangan kerja dan penempatan lulusan.

Persaingan lain adalah peningkatan Informasi Teknologi (IT) pada proses belajar mengajar, persiapan SDM dimasa mendatang, corporate education sampai dalam hal pembinaan budaya nasional. "Presiden pun pada tanggal 10 Nopember lalu mendaulat kita agar bisa masuk peringkat seratus Asia," tambah Puruhito.

Dalam hal pengembangan SDM, Puruhito juga mengupas beberapa cara untuk meningkatklan SDM seperti dengan meningkatkan kemampuan interpersonal, team building (soft skill), perangkat manajemen kualitas, metoda pendidikan berdasarkan pengalaman, melalui pelatihan partisipatif dan pelatihan tim. "Sebenarnya anda (mahasiswa, red) belajar semua itu untuk mempersiapkan diri menjadi future leader," tegas Pria kelahiran Kediri 61 tahun silam ini mantap.

Diungkap oleh Puruhito, saat menguji calon dokter bedah jantung ia selalu memberi tes menggambar pada peserta tes. Bahkan ada calon dokter bedah jantung yang diberi tes menggambar jantung tapi malah hasil gambarnya seperti buah apel. Disinilah Puruhito menekankan pentingnya soft skill. "Kalau tidak bisa berarti tidak lulus. Menggambar adalah suatu ketrampilan (soft skill) dan ahli bedah membutuhkan keterampilan tersebut dalam suatu operasi," ungkapnya. Namun, dikatakannya pula bahwa soft skill bukanlah syarat untuk mencari kerja melainkan suatu nilai plus jika memilikinya.

Menjelang akhir sesinya Puruhito mengingatkan kembali bahwa kampus adalah tempat pendidikan tinggi dikembangkan, maka harus mampu memberi suasana dan iklim yang memungkinkan untuk perkembangan kreatifitas dan inovasi. Sehingga hasilnya juga dapat dinikmati oleh masyarakat melalui program pengabdian masyarakat.(asa/sep)

Berita Terkait