Kemunculan mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan di era Habibie ini, erat kaitannya dengan absennya beliau di ITS. "Sebenarnya tidak mendadak, sebab saya sudah menghubungi Pak Giono (Rektor ITS, red.) seminggu yang lalu dan kebetulan ada acara rapim ini. Jadi yah kebetulan sekali," urai beliau mengenai kedatangannya yang mendadak. Ketika disinggung mengenai keberadaan beliau selama ini, dengan tegas beliau menjawab, "Saya tidak lari." "Kebetulan jadwal saya sangat padat, jadi tidak mungkin untuk dibatalkan," tambah Guru Besar Teknik Mesin ini. Selama bulan Juni saja, pria yang hobi menyetir mobil ini, memberikan ceramah di beberapa tempat di Eropa. Kemudian, beliau mengambil cuti untuk berlayar ke kawasan Baltik. Di sini beliau menyalurkan hobinya, yakni mengunjungi bekas-bekas kebudayaan abad pertengahan.
Baru pada tanggal 15 Agustus kembali ke Boston, USA. "Semua kegiatan saya diketahui oleh Konjen (Konsulat Jenderal, red.) kita di New York, karena saya memang minta tolong untuk menguruskan visa saya," tambahnya lagi. Mungkin pada saat di kapal itulah, beliau dihubungi berkali-kali tidak bisa. Karena memang sudah 6 minggu beliau tidak pulang ke rumah. "Jadi nggak benar kalau saya dibilang lari atau menghilang," tegas beliau berkali-kali.
Ketika disinggung mengenai kasus yang sedang dihadapi sekarang, beliau menjawab bahwa hal itu dilakukan karena beliau selaku Kepala Bulog saat itu mendapat perintah dari Presiden untuk dapat meminjamkan dana non bujeter. Masih menurut beliau, dana non bujeter yang dibicarakan tidak sebesar itu. Pada saat beliau masuk ke Bulog, dana non bujeter itu sebesar 430 milyar. Kemudian terus berkembang karena ada bunganya dan tidak pernah terpakai.
Kepergiannya ke Boston selama ini ternyata sudah mendapat restu dari pimpinan ITS, UI dan bahkan BPPT. Di Boston, beliau mengajar sekaligus memperdalam ilmunya di MIT (Massachusetts Institute of Technology) pada bidang Science Technology and Public Policy serta Science Technology and Society. Kedua ilmu ini sedang marak diteliti di kawasan Eropa. "Oleh karena itu, selama disini, manfaatkanlah (kemampuan) saya," kata pria berbintang Virgo ini. Jadi, apakah sudah siap mengajar lagi di ITS? "Saya siap, tapi tidak tiap hari saya di sini, mungkin dalam satu minggu saya hanya ada satu atau dua hari di ITS," lanjut beliau. Ok Prof. Rahardi, welcome back to campus ITS (rif/bch)
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang