ITS News

Jumat, 27 September 2024
15 Maret 2005, 12:03

Rekayasa Biomedika Bisa Hemat Devisa Negara

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Demikian diungkapkan Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA dalam pidato pengukuhan dirinya sebagai guru besar ke-38 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Sabtu (14/8) di Graha Sepuluh Nopember ITS.

Dikatakannya, selain dapat menghemat devisa negara, bidang SRB juga punya peluang bisnis yang amat besar. "Ini berkait dengan kecangihan peralatan yang berdempetan dengan mahalnya pelayanan kesehatan. Karena itu alangkah lebih baiknya jika bidang SRB yang masih merupakan hutan rimba ilmu yang memberikan peluang sekaligus tantangan ini untuk teris bisa dikembangkan," katanya.

Dalam pidato ilmiah yang diberi judul "Pengembangan Sistem Rekayasa Biomedika dalam Perspektif Akademik dan Peluang Inovasi Bisnis" Nuh mengatakan, SRB merupakan perpaduan antara life sciences dengan rekayasa (enginnering). Dengan latar belakang keilmuan yang berbeda maka pengembangan SRB memerlukan komunikasi yang intensif antara rekayasawan dengan life scinetist dan kesediaan untuk saling memahami prinsip-prinsip dasar dari keduanya. "Pada akhirnya sesungguhnya mengembangan SRB tidak hanya memberikan kemanfaatan yang signifikan dalam aspek teknologis, tetapi juga mampu memberikan kemanfaatan yang signifikan dalam aspek kemanusiaan," katanya.

LANGKA
Pelantikan Mohammad Nuh menjadi guru besar termasuk peristiwa langka, sebagai rektor dia biasanya yang melakukan mengukuhkan, tapi pada kali ini justru ia yang dikukuhkan dan yang mengukuhkannya adalah koleganya, Pembantu Rektor I ITS Prof Ir Noor Endah M.Sc, Ph.D.

Noor Endah sendiri dalam sambutannya mengungkapkan, kalau mulai saat ini rektor tidak punya alasan lagi untuk menghindar jika diminta untuk memimpin rapat senat guru besar, karena dia sudah dikukuhan menjadi guru besar. Nuh mengakui kalau selama ini ia memang sering menghindar dan mengemukakan berbagai alasan jika diminta untuk memimpin rapat senat guru besar. "Secara eksopisio rektor memang yang menjadi pimpinan senat guru besar, tapi karena saya belum menjadi guru besar, maka kewenangan saya hanya membuka dan menutup," katanya.

Hal langka lainnya dalam pengukuhan Mohammad Nuh adalah memberikan hadiah kepada semua undangan dalam bentuk buku dari kumpulan tulisannya yang diberijudul "Dari Kompleksitas Teknologi Sampai ke Keikhlasan". Buku kecil percikan pemikiran Nuh ini diberi kata pengantar oleh Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Prof. A. Malik Fadjar.

"Apa yang saya lakukan ini adalah bagian dari cita-cita dan keinginan saya untuk menulis buku. Alhamdulillah sebagian dari percikan pemikiran akhirnya terwujud. Beberapa sahabat dan teman dekat saya, sangat menganjurkan untuk belajar memulai menuliskan apa saja yang menjadi buah pikiran. Imbangi bahasa lisan dengan bahasa tulisan, dan memang luar biasa beratnya untuk menulis itu. Bercerita, secara lisan nampaknya lebih mudah," kata ayah satu putri, kelahiran Surabaya, 17 Juni 1959 ini.

Nuh tercatat sebagai gurubesar ke-38 di ITS dan meryupakan gurubesar ke-15 di Fakultas Teknologi Industri. Ia juga tercatat sebagai guru besar kedua di Indonesia yang khusus membidangi sistem rekayasa biomedika. Guru besar pertama dimiliki atas nama Soegihardjo Sugio dari ITB Bandung yang dalam pengukuhan Mohammad Nuh juga hadir. "Bidang ini memang langkah dan relatif baru. Didunia saja baru berkembang pada tahun 1970-an. Sedikitnya ada tigabelas ruang lingkup bidang ini yang bisa dikembangkan, dan itu memerlukan keahlian multidisiplin, karena itu memang butuh kerjasama antara rekayasawan (engineer), dokter (medical doctor) dan ilmuwan," katanya.

Nampak hadir dalam acara itu seluruh Rektor Perguruan Tinggi Negeri se-Jatim, Walikota Surabaya Bambang DH, mantan Sekkota Alisyahbana, Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Dikdasmen Diknas, Dr Gatot HPdan lainnya.
(Humas–ITS, 14 Agustus 2004)

Berita Terkait