ITS News

Minggu, 01 Desember 2024
15 Maret 2005, 12:03

Rektor Larang Pengkaderan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Surat Keputusan itu bermula dari usulan Rapat Senat Institut tanggal 21 Juni 2001, yang membicarakan permasalahan dalam kegiatan pengkaderan jurusan dan Bakti Kampus dengan poin-poin pertimbangan :

1. Kegiatan tersebut selama ini dinilai sangat berisiko terhadap perkembangan dan keselamatan fisik dan kejiwaan. Contoh kasus: perawatan Rumah Sakit, depresi, shock, trauma dan sebagainya.

2. Banyaknya kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia- dinilai sebagai inhuman and decreading treatment- , pelanggaran moral, susila serta etika. Contoh kasus: peserta dibentak-bentak, dijemur, penekanan mental, dan sebagainya.

3. Kegiatan tersebut sudah tidak jamannya lagi di era global, dan tidak sesuai dalam dunia akademik. Yang diharapkan: saling menghormati, menghargai dan saling peduli.

4. Kegiatan tersebut dapat merugikan citra baik ITS. Contoh kasus: pengunduran diri sebagai mahasiswa ITS, keluhan orang tua, kecaman warga sekitar kampus,dan sebagainya.

Menurut Prof. Soegiono, meskipun selama ini tidak pernah ada korban jiwa, namun kasus-kasus peserta yang masuk Rumah Sakit, trauma, sampai mengundurkan diri sebagai mahasiswa cukup memprihatinkan. Belum lagi keluhan dari orangtua mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus yang selalu datang setiap awal tahun akademik. "Saya sama sekali tidak berniat untuk menghalangi, membungkam atau campur tangan dalam aktivitas mahasiswa, tapi tolong dipahami, risiko yang dihadapi itu sangat berat" ungkap pemangku jabatan rektor selama dua periode terakhir. "Terus terang saya stress setiap awal tahun. Sebab kalau sampai terjadi apa-apa yang dituntut untuk bertanggungjawab pasti saya!" keluhnya lagi.

Walaupun selama ini sudah dilakukan pemantauan oleh Tim Konsultasi Kemahasiswaan (TKK) dibawah Pembantu Rektor III bidang kemahasiswaan, namun tim tersebut tidak mampu mengatasi para senior yang sering bertindak ‘sak karepe dhewe’ (semaunya sendiri-red). "Mereka (TKK – red) masih tetap ada dan berjalan, tapi selama proses pengkaderan, mereka angkat tangan dan tidak bisa berbuat apa-apa" papar orang nomor satu di ITS yang akan mengakhiri masa jabatannya tahun 2002 nanti ini.

Mengenai materi pengkaderan yang banyak menekankan integralistik ITS, Profesor yang juga alumnus ITS ini berpendapat bahwa integralistik itu bisa dikatakan sebagai mitos. Pada awal berdiri ITS sekitar tahun 1961, memang sangat diperlukan penanaman integralistik untuk mahasiswa berjumlah hanya mencapai 1000- 2000 orang dan letak kampus yang terpisah berjauhan. "Setelah 16.000 mahasiswa dan letak kampus di dua lokasi (keputih dan manyar – red) jamannya sudah berubah. Memang materi integralistik, wawasan kebangsaan dan lainnya itu bagus, tapi yang diutamakan sekarang bagaimana kita bisa membangun performance kita di mata masyarakat, terutama di bidang teknologi " jelas rektor yang pertama kali terpilih tahun 1994 ini.

Lebih lanjut beliau menegaskan bahwa pelarangan ini akan berlaku selama belum ada metode pengkaderan yang terbaik atau yang lebih baik. Dan jika terjadi pelanggaran akan diberikan sanksi sesuai dengan isi statuta ITS. "Tapi semoga saja mahasiswa dapat memahami kekhawatiran saya atas besarnya risiko yang harus dihadapi dalam pengkaderan itu" harapnya.(ct)

Berita Terkait