Era globalisasi menuntut segalanya lebih cepat dan mobile. Tak terkecuali para pelakunya, manusia. Maka kemudian, terciptalah hand phone atau telepon genggam atau telepon selular yang diharapakan mampu membantu aktifitas mereka. Pemiliknya kini, tak hanya dari kalangan elite dan pengusaha. Di pasar, bahkan, dengan mudah kita dapat jumpai si penjual sedang asyik bertat-tit-tut dengan tombolnya.
Sebagai barang pribadi, wajar kalau pemilik dapat menggunakannya dengan bebas. Kapanpun dan dimanapun. Namun, dalam suatu rapat atau bahkan sidang, tentu tak layak kiranya. Dalam kondisi tersebut, ketenangan dan konsentrasi harus dapat dijaga. Sehingga pemikiran dan keputusan yang dibuat merupakan hasil terbaik.
Di kampus kita, ITS, sayangnya, hal tersebut masih sering terjadi. Aturannya sama, ringtone unik berbunyi, si pemilik sibuk mencari, ketemu dan pembicaraan pun mengalir bak air sungai. Kalau pemilik mau izin keluar, mungkin tidak terlalu mengganggu. Tapi jika ia bersikeras menerimanya di dalam ruangan, walhasil, ketenangan sidang langsung terusik. Belum lagi peserta sidang disebelah kita yang terganggu konsentrasinya.
Upaya menertibkannya, tak jarang dilakukan. Seperti dalam sidang terbuka promosi doktor Prof. Dr. Ir. Ali Altway, M.Sc kemarin (8/9). Pimpinan sidang, Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA dari awal telah memberikan upaya pencegahan. "Sebelum sidang, silahkan matikan Hp atau memfungsikannya dalam silent mode agar ketertiban sidang ini dapat terjaga," pesan Rektor ITS ini.
Dan Manjur, untuk satu jam berikutnya, barang mungil ini tak berulah. Namun beberapa saat kemudian, ringtone aneh dengan volume maksimum berbunyi. Tak pelak, ulasan promovendus pun terganggu. Suara huuush… dari sejumlah peserta untuk mengingatkan pemilik juga turut menggaduhkan suasana. Kejadian ini ternyata tak terjadi sekali saja, sesaat kemudian, ringtone unik kembali terdengar.
Terbersit dalam pikiran kita, apakah sang pemilik tidak menyadari aksinya dapat mengganggu ketertiban jalannya acara. Bukankah ia sudah diperingatkan sebelumya, oleh Rektor ITS pula. Keadaan gawat darurat mungkin saja sewaktu-waktu menghampiri hand phone kita, mungkin pula ada keperluan mendesak yang harus disampaikan. Namun ariflah kiranya, jika sebuah upaya dilakukan agar hand phone kita tidak berulah. Misalnya, difungsikan dalam silent mode, atau kita bisa minta izin keluar ruangan untuk melanjutkan pembicaraan. Cara lain juga dapat dilakukan, seperti dengan memanfaatkan fitur canggih lainnya, yaitu short message service (sms).
ITS sebagai pionir teknologi, seyogyanya dijadikan contoh tempat untuk memanfaatkan teknologi secara tepat guna. Dan hal tersebut dapat dilakukan dengan menertibkan penggunaan teknologi itu sendiri terlebih dahulu. Maka mulailah seperti yang selalu disampaikan oleh KH. Abdullah Gymnastiar atau Aa’ Gym dengan 3M nya. Mulailah dari hal yang kecil, mulailah dari diri sendiri dan mulailah saat ini juga.
Hurriyatul Fitriyah
Mahasiswa Teknik Fisika ITS
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tak henti-hentinya melahirkan inovasi baru guna mendukung ekosistem halal di
Kampus ITS, ITS News — Sampah plastik sampai saat ini masih menjadi momok yang menghantui lingkungan masyarakat. Untuk mengatasi
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memantapkan komitmennya dalam berkontribusi menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan